Di suatu hari yang tenang di akhir pekan, kusempatkan melakukan hal yang selama ini kurindukan.
Bersama dengan hangatnya sang mentari pagi, kuamati jagat maya dari layar kaca. Semata untuk mengobati hati yang luka dan lara.
Kubuka aplikasi hijau itu dari layar lipatku, alunan musik mengalir merdu merasuki telingaku.
Lewat lagu Mesin Waktu nya Budi Doremi, ku tersadar kembali bahwa tak mungkin bawa dia lewat mesin waktu, walau ku mau.
Lanjut diikuti Terlatih Patah Hati nya The Rain, karena luka itu pasti tapi aku tetap bernyanyi.
Tak lupa lagu Too Good at Goodbyes nya Sam Smith, yang membuat diri ini semakin berani untuk menghadapi perpisahan.
Seketika menggalau bersama All of Me nya John Legend, yang selalu ada di setiap suasana patah hati.
Tak lupa menghantu bersama Ghost nya Justin Bieber, karena cintanya adalah ekstasi dan hadirnya selalu kurindukan.
Paling benar memang tidur sendiri dan membiarkan dia mencintai dirinya sendiri karena lagu Love Yourself nya Justin Bieber.
Perlahan lupa dirinya bersama Geisha lewat Lumpuhkanlah Ingatanku. Walau Serana- For Revenge meminta ku mengajarkan aku caranya melupakan.
Cobalah Mengerti dari Noah, semakin mengajariku bahwa biar waktu yang memisahkan kita. Karena mungkin dia hanya Benci Untuk Mencinta yang dinyanyikan Naif.
Kehabisan kata, lirikpun tak ada. Hanya musik mengalun merdu yang bersenandung di ruang ini.
Michael Ortega memberikan arti It’s Hard to Say Goodbye semakin dalam. Meskipun dalam ruang sunyi ini, suara itu tetap menghampiriku sendiri.
Detik ini juga, langit kosong yang menyelimuti menyumpal gendang telinga. Mataku terekat tak berdaya. Seakan kesendirian melelahkan.
Alam tidur membawaku tenang, tak menyisakan satu denting melodi di alam kesunyian.
Aku tertidur, tak mengingat apa-apa di hari yang tenang ini.