Mengatasi luka dan trauma generasi sebelumnya

Sebut saja Benny. Seorang anak yang tumbuh besar dari keluarga yang keras. Dengan karakter Ayah yang suka main tangan, dan Ibu yang suka membentaknya, maka lengkap sudah luka dan trauma generasi sebelumnya di keluarga ini.

Benny diharuskan untuk rajin belajar di sekolah dan rumah. Di sisi lain, Benny harus jatuh bangun dengan situasi mentalnya. Kadang dia menghadapi UTS / UAS dengan stress. Tak jarang Benny sakit saat ujian, karena saking stressnya.

Di luar akademik, Benny memiliki manajemen emosi yang buruk. Tak jarang dia melampiaskan emosinya dengan cara memukul temannya. Bukan cuma tukang berkelahi, kadang dia memukul temannya apabila tidak setuju dengan pendapat temannya. Dia juga suka membentak semua orang ketika dia diledek dan dicemooh, atau diatur-atur.

Benny tumbuh besar hingga dewasa, dan akhirnya bekerja. Di kantor ia juga menunjukkan sifat yang giat bekerja, namun keras kepala kepada rekan kerja dan bawahannya. Dia suka membentak orang yang mendebatnya dan selalu ingin menang debat.

Ketika Benny menikah, dan punya anak, rumah tangga Benny serasa neraka. Dia sering memarahi istrinya ketika istrinya tidak bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik. Tak jarang, Benny juga membawa masalah kantor ke rumah dan menyerang seisi rumah. Belum puas juga, Benny melampiaskan amarahnya dengan memukul Clive, anaknya.

Clive akhirnya merasakan hal yang dulu dirasakan Benny.

And the cycle repeats

Sejarah hanya akan mengulangi dirinya kembali, apabila kita sebagai pelaku sejarah tidak merubahnya.

Damar P.

Mungkin kamu, aku, dan kita semua pernah mengalami yang dirasakan Benny tersebut.

Mungkin sebagian, atau seluruhnya.

Bisa jadi, kita melahirkan Benny-Benny yang lain tanpa disengaja. Semua itu karena alam bawah sadar kita merekam luka dan trauma dari generasi sebelumnya.

Oleh karena itu, mari mempelajari secara singkat tentang:

Luka dan trauma generasi sebelumnya

Pada contoh di atas, Benny hanyalah “menyalurkan” luka generasi sebelumnya (generational trauma), dalam tindakannya sehari-hari. Tanpa sadar, luka tersebut menyalur ke anaknya sendiri.

Kalau diibaratkan pantun:

Ada lakban ada paku
Dulu korban, sekarang pelaku

Benny hanyalah sang korban. Dan Bennylah yang menggantikan peranan bapaknya saat dia memiliki anak.

Benny bisa menjadi seorang yang keras, karena lahir di keluarga keras. Ia menjadi tukang pukul, karena sering dipukul oleh ayahnya. Dia juga selalu membentak, karena dari kecil diasuh dengan bentakan.

Benny merasakan luka yang amat dalam dengan perlakuan orangtuanya. Namun, Benny tidak berusaha untuk menyembuhkannya dan malah membuatnya menjalar ke generasi berikut.

Tindakan Benny ini dilakukan, karena dia tidak tahu …

Dampak generational trauma

Benny tidak mengetahui dampak buruk dari generational trauma. Dirinya tidak hanya menyalurkannya untuk anaknya sendiri, Clive. Ia pun juga menyalurkan trauma ke orang-orang sekitar: teman sekolah, teman kerjanya, bahkan keluarganya sendiri.

Orang lain yang tidak mengenal Benny dan mengetahui sisi dalam dari Benny, hanya akan menganggap Benny seorang sosiopat. Atau seorang yang temperamental. Ini tentu akan mempersulit lingkungan sekitar Benny, karena dia hanya akan membuat orang-orang di sekitarnya menjadi takut padanya.

Lebih buruk lagi, untuk anaknya sendiri. Benny akan membuat kondisi mental anaknya menjadi tidak stabil. Akibatnya anak akan berpotensi untuk menderita gangguan kejiwaan, bila tidak ditangani secara tepat.

Untuk itu, penting dalam mengetahui…

Cara mengatasi generational trauma

Apabila Benny sadar akan apa yang dilakukan orangtuanya sebagai sumber luka dan trauma, Benny akan mencari cara untuk sembuh. Setelah sembuh, Benny tidak akan membawa generational trauma yang berdampak pada keturunannya.

Maka solusi mengatasi trauma generasi atau generational trauma, adalah membangun kesadaran diri yang penuh, melalui self-discovery.

Kesadaran diri, termasuk di dalamnya adalah empati terhadap diri sendiri (self-empathy). Empati terhadap diri sendiri memiliki beberapa keuntungan, di antaranya:

  • Lebih mengetahui apa yang merusak dan membangun diri.
  • Mengenali ancaman yang mengganggu kenyamanan diri.
  • Menciptakan hubungan yang sehat terhadap dunia sekitar kita.

Kita akan lebih sadar terhadap diri sendiri, ketika kita mampu berempati. Cara berempati terhadap diri sendiri itu sederhana. Misal, ketika ada orang yang menghina kita, cobalah untuk menanyakan kepada diri sendiri:

“Tadi sakit gak, dikatain muka boros sama si A?”

Atau coba tanyakan ini:

“Pas dia bilang kamu gendut, kamu tersinggung gak?”

Hal ini juga berlaku untuk masalah yang lebih besar. Seperti halnya pada kasus Benny. Ketika Benny teringat pengalaman ayah yang suka memukul, Benny dapat bertanya kepada diri sendiri: bagaimana rasanya? Apakah Benny sangat terluka dan sedih dengan perilaku ayahnya? Seberapa marah Benny dengan ayahnya?

Kesadaran diri inilah yang membuat kita bisa mengetahui primal wound atau akar dari trauma. Di sinilah self-discovery yang sesungguhnya bermula.

Peranan psikolog dalam menyembuhkan luka dan trauma

Saat aku mencari primal wound atau akar dari trauma, aku mencari bantuan Psikolog Klinis.

Maka bila kita ingin mengetahui primal wound, serta memulihkannya, kita memerlukan bantuan professional. Saat itulah Psikolog Klinis berperan.

Mereka, para Psikolog telah menempuh pendidikan dan pengalaman lebih dibanding kita yang masih awam dengan ilmu Psikologi. Kita hanya bisa bekerjasama dengan mereka, dengan cara membangun kesadaran. Merekalah yang akan membantu kita dalam berproses.

Dalam kasus khusus, membangun kesadaran ini dapat dilakukan dengan cara latihan mindfulness dengan terapi bergaya meditasi. Ini adalah suatu keuntungan ketika kita konseling di Psikolog secara luring.


Dengan memahami luka dan trauma generasi sebelumnya, dan mencari cara untuk memulihkannya, proses pemulihan hanyalah progresi nyata hari demi hari. Tetap berusaha mengenali diri dan mengenali perubahan yang ada dalam diri adalah kunci dari membangun kesadaran yang utuh.

Dengan demikian, kita bisa menyelesaikan pengaruh luka dan trauma dari generasi sebelumnya.

Luka dan trauma jadi pulih,
Hidup pun jadi bernilai lebih,
dan prestasi mudah diraih!

Jadi, sudahkah kita menyadari luka dan trauma yang ada di generasi sebelum kita?

#30DWC #Day4

30 hari menuju self-discovery

Setelah menjalani self-discovery, aku terkesan dengan hidup orang-orang yang kuamati lewat layar kaca sosial media. Ada yang studi lanjut di luar negeri, ada yang sudah tunangan, ada yang menikah, ada yang punya momongan, dan ada yang mendirikan bisnis baru.

Tapi aku tidak iri, aneh bukan?

Bukannya sama sekali tidak iri, tetapi sudah tidak iri. Berarti sebelumnya pernah iri, dong?

Proses terbesar mengubah yang tadinya iri menjadi tidak merasakan iri, sebenarnya adalah perjalanan setengah tahun yang berat. Ada satu kata di sana yang penuh harapan dan membahagiakan:

Self-discovery, atau disebut penemuan diri.
Singkatnya, aku telah menemukan diriku sendiri.


Prestasi terbesar di 2023 yang kulakukan, adalah, aku menemukan diriku melalui kunjungan ke Psikolog. Itu sebabnya aku tidak iri dengan progress hidup orang lain, karena aku sudah mengetahui siapa diriku dan apa yang akan kulakukan.

Untuk tidak merasakan iri dengan progress hidup orang lain, kuncinya adalah satu konsep yaitu:

Mereka semua adalah rekan seperjuangan, bukan pesaing apalagi musuh.

Tadi aku menyebutkan sesuatu: kunjungan ke Psikolog. Apakah aku terkena gangguan jiwa?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, aku akan menjelaskan latar belakangku dan alasan di balik semua cerita.

Frustrasi dalam menghadapi tekanan berat di kantor

Kala itu, statusku masih kontrak dan aku belum diangkat menjadi karyawan tetap. Aku sering pulang jam sembilan malam, bahkan terkadang pulang jam 12 malam untuk menunjukkan loyalitasku pada perusahaan.

Aku yakin dan percaya, aku bisa melewati ini semua dan berhasil diangkat menjadi karyawan tetap.

Hanya saja, saat itu rasa khawatirku melebihi rasa percayaku. Sehingga aku cenderung mengalami perubahan emosi dan karakter ketika aku kelelahan.

Aku melampiaskan amarahku pada orang-orang di sekitarku.

Usut punya usut, ternyata amarahku tidak keluar begitu saja, melainkan disebabkan oleh akumulasi tekanan terus menerus. Tanpa sengaja aku menciptakan “drama” bagi kehidupan orang-orang di sekitarku.

Bukan cuma itu, aku sempat mengalami…

Disorientasi hidup dan menyadari arti self-discovery

Aku sempat hilang arah dalam hidup ini.

Bingung mau jadi apa,
Mau ngapain aja.
Mau ke mana.

Sempat tak bertujuan, aku sempat habiskan waktuku di hidupku untuk main-main, senang-senang, dan menghamburkan uang.

Sampai di suatu titik kehidupan, aku mulai bertanya pada diriku:

Sampai kapan mau begini terus?

Sadar akan semuanya, aku tidak bisa hidup dengan cara seperti ini, hingga aku:

Eksplorasi minat dan bakat

Aku mulai menekuni hobi lama: berolahraga Muay Thai, menggambar sketsa di atas kertas, menulis puisi, dan bernyanyi di cafe. Aku melakukan itu semua untuk menggali semua potensi diri.

Tak jarang, aku memamerkannya di media sosial guna mendapatkan pengakuan.

Ini tidak salah, karena motivasiku adalah diakui dan diberikan penghargaan. Yang salah adalah: aku berhenti melakukan hobbyku ketika aku tak mendapatkan validasi.

Sehingga aku putuskan untuk konseling ke Psikolog, karena…

Psikolog berperan dalam perjalanan self-discovery

Semula kukira, peranan psikolog hanya sebagai “teman cerita” atau tempat berkeluh kesah.

Hingga di suatu titik, aku berdiskusi kepada rekan kerjaku, bahwa psikolog lebih dari sekedar itu. Mereka mampu untuk mengamati, menganalisa, dan menilai perilaku serta unsur psikis kita.

Aku yang semula ragu, menjadi mau dalam memaksimalkan potensi diri.

Ternyata, aku punya kemampuan untuk menyelesaikan terapiku dalam kurun waktu 3 bulan: Mei-Juli 2023.

Diketahui bahwa aku sendiri punya…

Isu emosional dan trauma

Tak heran, isu trauma masa lalu yang menjadi penyebab.

Hal inilah yang menjadi sebab dari semua amarah, semua watak yang sulit dijelaskan, dan semua tangis yang mendadak keluar.

Di setiap hari, siang dan malam, trauma itu berkeriapan, menunggu saat dia “keluar” dari sarangnya.

Aku sendiri berharap, traumaku tidak menimbulkan suatu masalah, yang merepotkan banyak pihak.

Sehingga, aku datang ke psikolog dengan…

Tujuan dan harapan yang jelas

Saat itu, sekurang-kurangnya aku menemukan tiga buah tujuanku mendatangi psikolog:

  1. Ingin lebih kenal dan sayang dengan diri sendiri.
  2. Mau menggali dan mengerahkan semua potensi diri.
  3. Ingin hidup di tengah-tengah masyarakat dengan batasan sosial yang sehat.

Harapannya, aku bisa menemukan diriku secara utuh, yang mana aku tahu cara harus merespon trauma dan kenangan buruk itu.


Disinilah ceritaku dimulai.
30 hari menuju self-discovery adalah bentuk ekspresi sekaligus rekapitulasi dari perjalanan jiwaku dalam menemukan diri.

Simak diriku bercerita selama tiga puluh hari penuh.


#30DWC #30DWCJilid44 #Day1

Orang tua -Sebuah Kompleksitas Luka Dan Cinta

Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita dilahirkan.

Sesungguhnya, kehidupan itu sendiri adalah anugerah. Dan hadirnya orang tua sebagai sosok diri pertama saat kita lahir juga anugerah.

Bila Anda membayangkan hidup bersama orang tua selama dua puluh lima tahun, tentu bisa dikatakan menyenangkan. Ada saat-saat bisa bermanja-manja dan merasakan cinta mereka secara nyata. Namun ada saat-saat khusus yang membuat saya selaku anak ingin menjaga jarak sedikit dari orang tua.

Lewat berbagai situasi: merantau, perjalanan dinas, main ke rumah teman, pertukaran pelajar, dan kerja praktek memisahkan saya dengan Ayah dan Ibu. Harus saya akui, perpisahan ini tidak mudah. Pada dasarnya saya dan ibu (terutama) memiliki ko-dependensi yang kuat. Ibu saya tidak memiliki semangat hidup yang sama ketika ada saya, dan saya juga memiliki lebih banyak masalah ketika jauh dari ibu. Ayahpun begitu, ketika saya jauh dari ayah lebih banyak masalah yang sulit untuk bisa saya selesaikan karena memang pelajaran kehidupan yang berat. Ketika dekat dengan Ayah, saya bisa meminta saran dan berbagi banyak hal.

Di saat yang sama, saya menikmati saat-saat jauh dari orang tua. Agar luka mereka atau sisi lain diri mereka tidak memberi efek yang berdampak bagi kesehatan mental saya. Di sinilah saya membuat tembok pembatas yang tinggi dan menikmati kesendirian saya, sebagai anak tunggal.

Orang tua, kompleksitas luka dan cinta. Mereka tetap mencintai meskipun di saat yang sama juga melukai. Dalam kasus khusus, cinta mereka tidak bisa ditawar-tawar dan harganya sangat mahal. Ibu saya sendiri tidak rela saya dimarahi dan dijatuhkan orang lain. Ibu saya juga tidak ingin saya menderita sakit, terbaring lama. Ibu ingin selalu merawat saya dan menjaga diri saya. Demikian juga dengan ayah, ayah tidak ingin saya kekurangan uang dengan mengirimkan uang saku dan menjamin dompet saya terisi.

Cinta mereka berharga, namun di saat yanng sama mereka juga hadir sebagai pembawa luka

Tentang luka yang dibuat orang tua

Sisi lain cinta adalah luka. Sebanyak-banyaknya kasih sayang nyata yang dilakukan mereka baik secara materil seperti uang saku, makanan, fasilitas dan moril yaitu perlakuan menyenangkan dan tempat curhat, tetap saja saya tidak bisa mudah melupakan luka yang dibuat. Terutama dari sosok Ayah.

Menjadi seseorang yang keras terhadap diri sendiri membuat saya sering menyalahkan diri ketika sesuatu berjalan di luar rencana. Pun begitu ketika saya tidak bisa memenuhi ekspektasi orang lain, saya juga merasa tak berguna. Ketika orang-orang lain berprestasi dan saya tidak berprestasi, saya pun juga merasa diri saya tak berharga.

Hal-hal yang menjadi didikan ayah: perjuangan, prestasi, tidak mau ambil jalan pintas, dan kebanggaan masih melekat dalam diri pria berumur 25 tahun ini. Bayang-bayang ayah akan hidup perjuangan ini masih menyertai, setidaknya dalam setiap tugas yang saya kerjakan. Itu menjelaskan mengapa saya memaksakan diri. Kerja di atas jam kerja normal, masih bangun tengah malam untuk memikirkan ide tulisan, dan bangun pagi-pagi sekali agar tidak kesiangan.

Jujur saja, sulit melepaskan ayah dari hidup saya. Kendati ayah saya tiada suatu hari nanti, nama ayah akan tetap saya ingat dan begitu pula perjuangannya. Di mana ada perjuangan, di sana ada sosok ayah yang menyertai. Apakah saya adalah didikan yang berhasil? Rupanya tidak juga. Karena di satu sisi mental saya juga hancur ketika mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan padahal saya sudah berusaha keras. Saya hanya ingin dihargai, dihargai oleh ayah dan ayah-ayah kecil yang ada dalam diri orang lain di dunia.

Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita dilahirkan

Dulu saya pernah mendengar lelucon seperti ini: “Tempat pensil itu isinya bukan cuma pensil tapi penghapus, rautan, pena, dan penggaris bahkan. Sama seperti cinta, kalau dibilang cinta ya isinya bukan cuma cinta dan sayang, tetapi pengkhianatan, rasa sakit, pengorbanan, kehilangan, dan luka-luka.”

Apabila analogi yang sama diterapkan untuk orang tua, maka cinta orang tua tidak hanya diartikan cinta secara moral dan materil, namun juga penyesalan mereka, luka batin mereka, masa lalu, kekhawatiran, dan harapan. Dari perlakuan mereka yang tidak mengenakkan, orang tua juga manusia. Mereka punya sisi lain kehidupan yang menyertai bayang-bayang hidup kita.

Orang tua kita di zaman dahulu tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai luka batin, inner child, penyesalan, dan tentang perilaku keras yang dilakukan kepada kita. Mereka tidak bermaksud memberi luka pada kita. Selain itu, mereka akan menyesal di hari tua apabila kita tidak memberikan pengampunan yang tulus dan ikhlas.

Banyak muda-mudi rekan kerja saya yang merantau jauh dari orang tua mereka dan nyaman untuk tidak pulang. Bagi mereka, saat-saat jauh dari rumah adalah saat yang menyenangkan. Karena mereka bisa terbebas dari bentakan sang ayah, omelan sang ibu, sikap menggurui ayah dan ibu, serta sikap menghakimi sang ibu. Mereka ingin memberikan pelajaran bagi orang tua mereka, apa rasanya hidup tak dihargai.

Hal ini berdampak negatif, karena di hari tua, orangtua akan menyesal terhadap tingkah laku dan perbuatan mereka kepada anaknya. Anak pun begitu, akan menyesal ketika sudah kehilangan orang tua mereka.

Bagaimanapun juga, kita tidak bisa memilih dengan siapa kita dilahirkan. Sifat ayah dan ibu itulah yang membentuk kita. Jadi bagaimana sekarang kita harus berbuat?

Penerimaan diri. Penerimaan bahwa kita sudah diberikan orangtua dengan segala sifatnya. Apa yang kita miliki sekarang adalah anugerah, dan masa lalu adalah pengalaman. Mengolah sejarah kehidupan adalah kunci untuk bisa hidup menata masa depan.

Orang tua tetaplah pribadi dengan kompleksitas luka dan cinta. Kita tidak bisa memisahkan sifat buruk mereka dalam diri. Yang kita perlu perbuat adalah hidup berdampingan dan kalau bisa menyadarkan akan apa yang mereka perbuat.

Atau mereka dan kita yang akan menyesal di kemudian hari… Saya rasa itu tidak akan terjadi bagi kita yang dibekali literasi lengkap dan pengalaman yang utuh.

Sanggupkah kita untuk bisa menerima orang tua kita?

Kehidupan Pasca Resign

Beberapa teman masih menanyakan bagaimana rasanya menjalani kehidupan yang sekarang: pekerjaan, sosial, dan hobi. Ini dia jawaban lengkapnya.:

Tak berbohong. Hidup ini adalah hidup yang benar-benar aku idamkan dan aku sangat bahagia :).

Bahagia lahir dan batin, luar dan dalam.

Bahagia yang benar-benar bahagia meliputi aspek pekerjaan, hobi, dan hubungan sosial.

A. Pekerjaan

Kalau ditanya bagaimana pekerjaannya, secara job desc tidak terlalu berbeda dengan kantor lama. Tetapi secara suasana hati dan perasaan: wonderfully satisfying!
Everyday it’s a whole new world to explore!

Aku bisa bebas berekspresi dan mengutarakan pendapat sebagai Idea Generator. Think tanker, dan tentu saja Solution maker.

Secara reaksi kimia, sangat nano-nano karena melibatkan Benzene Ring yang tentunya kesukaan aku banget. Secara proses design juga banyak ragam unit operation, terutama karena kita bermain dalam tiga fasa (Gas, Solid, Liquid)

Senang bisa kerja sesuai passion di lingkungan yang sehat secara organisasi maupun budaya kerjanya. Di mana bisa tidur lelap, cukup, dan tidak merasa Senin pagi adalah teror dan mimpi buruk yang tidak berkesudahan.

Selalu ingin kembali ke kantor dan merasa sedih ketika harus pulang kantor. Biasanya aku datang pagi-pagi sekali untuk menghirup segarnya udara Cileungsi (dua bulan pertama) dan Baturraden (saat ini), dan pulang kala senja telah terbenam untuk menghindari kemacetan.

B. Hobi

Senang karena bisa nulis rutin dan konsisten tiap harinya (saat inipun saya masih menulis di depan layar ponsel saya ). Bisa menemukan dunia baru lewat tulis menulis, ikut Certified Impactful Writer, kursus SEO, dan kelas menulis lain.

Aku juga sedang merancang buku nih hehe. You will find out later 🙂

C. Sosial

Senang sekali karena bisa dekat dengan rekan bisnis, rekan diskusi, rekan belajar, keluarga, teman masa kecil, teman kuliah, dan dosenku 🙂

Bisa mengunjungi mereka satu-satu adalah anugerah terindah dalam hidupku. Apalagi tanpa takut jarak memisahkan karena ada kereta dan bus yang menghubungkan pulau Jawa tercinta.


Dalam konteks penyembuhan, kadang masa-masa tidak mengenakkan terus menghantui pikiran dan mengusik malam-malam. Kendati begitu, tanganku kugenggam erat pada waktu yang kumiliki saat itu.

Tuk mengusir gelapnya masa lalu dan kenangan suram tentunya membutuhkan satu keberanian.

Keberanian untuk menjadi pemegang kunci pintu masa depan gemilang yang tentunya adalah harapan semua orang.

Hanya satu senyuman yang kuberikan saat aku menutup hari, tentunya membuatku lebih nyaman. Aku percaya semua hal buruk yang kupikirkan tidaklah nyata.


Kamu pun juga bisa melakukannya,
Untuk hidup di hari ini dan menjadi seperti kata Ardhito Pramono dalam lagunya

“Mencoba menjadi bahagiamu sendiri”

Apakah kamu sudah bahagia dengan kehidupanmu yang sekarang? Atau kamu sedang mencari bahagia versi dirimu sendiri?

#30DWC #30DWCJilid39 #Day20

Kutipan Seorang Teman

Jika kehidupan adalah buku, maka perkataan orang-orang dalam hidupmu bisa jadi kutipan.

Jika kehidupan adalah lembaran buku, maka cerita orang-orang dalam hidupmu akan jadi kisah manis yang tak terlupakan.

Mengingat kembali beberapa saran, wejangan, dan pujian teman adalah cara untuk menghargai eksistensi mereka di dalam kehidupan. Bukan hanya membuat nama mereka terkenang dalam sejarah, kamu juga menempatkan mereka dalam posisi yang spesial di hatimu. Dengan demikian, kamu bisa memiliki buku kehidupan yang terdiri dari beberapa kisah klasik.

Kutipan itu tidak harus muncul dari orang-orang hebat, namun juga dari yang terdekat. Coba ingat kembali apa yang dikatakan teman-teman kamu saat kamu putus asa. Mereka yang menyemangatimu dan membuatmu berdiri di tempat ini, patut memiliki jasa.

Misalkan, ada kutipan seperti ini:

“Either you success or you learn, the best is yet to come”

Yang artinya

“Baik sukses ataupun belajar, bagian terbaik akan datang”

Atau kutipan saat kamu ingin mendekati lawan jenis:

“Tidak ada cinta yang salah, yang ada hanyalah keputusan yang salah”

Kamu tetap bisa terus dan terus mencintai, tanpa takut patah hati atau dilecehkan. Karena tidak ada cinta yang benar-benar salah.

Atau mungkin tentang perubahan yang terjadi pada orang-orang di sekelilingmu:

“Tiada yang abadi selain perubahan”

Kamu tetap bisa percaya bahwa perubahan itu ada dan tidak bisa dihindari. Sehingga kamu tidak bisa memaksa orang lain untuk tetap sama.

Contoh kutipan itu bisa kamu patri dalam benakmu, atau kamu tulis di buku catatan.

Dengan mencatat kutipan teman, kamu bisa mengingat mereka dan merasakan kehadiran mereka, meskipun mereka sedang tidak ada.

Kamu juga bisa membuat kumpulan kutipan kawan versi dirimu sendiri. Dengan begitu kamu bisa merasakan dampak terbesar dari lingkungan pergaulanmu dengan pertumbuhanmu. Kamu juga tetap ingat dengan bantuan moral mereka yang tidak bisa dikuantifikasi dengan harta benda.

Uniknya lagi, kamu bisa membagikan kutipan itu sebagai hadiah / motivasi untuk orang lain. Dan kamu juga bisa membuat kutipan versi dirimu sendiri. Dengan demikian, kamu dapat memberikan hadiah terindah kepada orang lain yang tidak ada di took manapun.

Sudahkah kamu bersyukur atas kehadiran teman-temanmu di dunia ini?

Sesimpel kamu menuliskan apa yang mereka katakan, maka kamu akan mensyukuri kehadiran mereka, bahkan ketika mereka tiada.

Self Help dan Self Development Tidak Akan Membantu Jika Kamu Melakukan Hal Ini

Banyak bacaan dan podcast seputar pengembangan diri yang beredar di media sosial dewasa ini. Bagi kamu yang terbiasa tumbuh di lingkungan yang suportif, serta peduli literasi pasti kamu menyadari bahwa informasi terkait pengembangan diri, Kesehatan mental, finansial, beredar di kalangan anak muda sampai orang dewasa dengan cepat.

Sayangnya, informasi yang beredar terlalu cepat serta menjadi pasaran ini sangat berbahaya. Dan membaca materi pengembangan diri untuk aspek personal yang terlalu intensif akan merugikan kamu sendiri.

Hah, kok bisa merugikan? Karena self help dan self dev tidak berguna jika kamu …

Menganggapnya sebagai ajang pamer

Serius, self-help dan self-dev books/podcast adalah podcast untuk membantu kamu dalam mengembangkan diri. Sehingga focus utamanya adalah diri kamu.

Lantas bagaimana jika self -dev dan self-help tersebut dilakukan atas dasar pamer / flexing? Tentunya itu berdampak bagi dirimu sendiri. Orang lain akan memandang kamu lebih baik, padahal kamu sendiri belum sepenuhnya baik. Bukankah itu menakutkan…

Sobat, yuk lebih jujur sama diri sendiri, apakah kita benar-benar membaca buku untuk mempraktekkannya, untuk kesenangan pribadi atau hanya untuk ajang pamer semata?

Selain menganggap ajang pamer, self-help dan self dev tidak akan berguna jika kamu…

Fokus pada input, tak mementingkan output

Jika kamu membaca buku tentang manajemen keuangan, pernahkah kamu melihat efeknya terhadap keuangan kamu?

Jika kamu membaca buku tentang mental health, pernahkah kamu memeriksa diri kamu apakah sudah baik ke diri sendiri?

Terus-menerus memasukkan ilmu pengetahuan tanpa membuatnya bermanfaat akan merugikan kamu. Pasalnya, kamu menghabiskan waktu untuk membaca hal-hal tersebut namun tidak mementingkan bagaimana cara untuk menerapkannya. Hal ini baik apabila kamu terus berusaha perlahan dalam menerapkannya, tetapi apabila kamu terus membaca buku-demi-buku dan lupa ke tahap aplikasinya, lantas apakah fungsi dari pengembangan diri seutuhnya?

Menjadi pribadi yang baik itu sulit. Tetapi menjadi pribadi yang lebih baik dari hari kemarin, tentu bisa kamu wujudkan. Yang perlu kamu perjuangkan adalah konsistensi dari ilmu dan pengalaman kamu.

Sudah menerapkan untuk diri sendiri juga masih belum cukup jika kamu …

Masih menghakimi orang lain

Lho iya dong?

Kenapa? Karena dengan menghakimi orang lain, kita akan menganggap diri sendiri lebih baik daripada orang lain. Dengan begitu kita sudah berlaku sombong.

Apakah itu sikap baik kita sebagai pembaca? Apakah kita sudah benar-benar berkelakuan baik? Jangan lupa untuk tetap berfokus ke diri sendiri dan tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain.

Kunci self development adalah transformasi diri sendiri, bukan ajang untuk menghakimi apalagi komparasi.

katadamar.com

Pertanyaan besar ke diri kita harus kita tanyakan.

Aku membaca buku ini untuk siapa? Untuk diriku atau untuk orang lain.

Karena sikap yang tepat perlu dibangun sebagai pembaca intelektual dan Budiman. Dengan begitu, ilmu apapun bisa kamu gunakan sebaik-baiknya dan memuliakan nama Allah lebih besar lagi.

Jadi, sudah tahu kan self-development dan self-help adalah ilmu yang bermanfaat bila sikap kita sudah tepat? Yuk kita sadari diri kita masing-masing, bagian mana yang perlu dibenahi.

Pengelolaan Waktu dengan Jalan Menulis

Hai kamu, merasa waktu sehari 24 jam sangatlah kurang? Mungkin kemampuan mengelola waktu kamu harus ditingkatkan kembali.

Pengelolaan waktu atau time management adalah suatu kemampuan diri. Tidak hanya dibutuhkan saat kamu menjadi pemimpin, kamu juga membutuhkannya sebagai pribadi kamu seutuhnya. Mengelola waktu adalah kebiasaan, tetapi dapat diasah dan dibuat menyenangkan dengan cara menulis.

Berikut adalah tips mengelola waktu versi caraku. Simak baik-baik ya sobat 🙂

Siapkan Jam

Jam adalah alat penunjuk waktu. Jam yang digunakan bisa apa saja. Jam dinding, jam tangan, jam HP. Jangan hanya karena tidak memiliki jam tangan mewah kamu tidak bisa mengelola waktu. Jam membuat kamu lebih disiplin dan sadar waktu.

Dengan melihat jam secara berkala, kamu tidak memikirkan berapa menit suatu acara membosankan akan selesai

Melihat waktu saja tidak akan membuatmu sadar waktu dan dengan melihat waktu saja tidak akan membuat kamu menyelesaikan apa-apa

Bukan masalah berapa lama lagi waktunya selesai, tetapi masalah dengan waktu sekian menit, apa yang bisa aku lakukan?

Siapkan Buku

Apabila kamu memiliki buku, siapkan buku tersebut. Tidak hanya buku fisik, kamu juga bisa menggunakan Google Keep, Evernote, atau aplikasi pencatat yang lain.

Buku ini dapat membantumu menulis pekerjaan yang belum diselesaikan. Maka tulislah dari awal hari apa-apa saja yang kamu butuhkan untuk melewati hari ini. Sehingga kamu sadar dan paham, apa sih yang ingin kamu lakukan.

Setelah itu, kamu bisa menuliskan waktu-waktu yang kamu akan tentukan sebagai event besar. Dengan demikian, kamu dapat menuliskan jadwalmu dan membuka jadwalmu secara berkala.

Buku ini adalah pegangan kemanapun kamu pergi. Dengan buku, kamu bisa lebih up-to-date terhadap jadwal kamu, apa yang belum kamu selesaikan, dan apa yang sedang kamu kerjakan. Kamu akan lebih sadar waktu dan sadar pekerjaan.

Siapkan Diri

Siapkan diri, berarti tidak melakukan penundaan. Sadari dan akui, bahwa waktu kamu terbatas. Ingat, 24 jam sehari.

Dengan menyiapkan diri kamu, kamu sadari jam dan buku adalah media pencatatan waktu dan keefektifan waktu kamu. Tinggal penerapan saja di kehidupan. Dengan demikian kamu akan terhindar dari yang namanya kemalasan.

Kamu dapat memanfaatkan waktu lebih baik lagi apabila kamu gagal dalam memanfaatkan waktu satu hari itu. Selalu ingat untuk melakukan improvisasi hari demi hari.

Dengan demikian, kamu akan menjadi pribadi yang semakin baik.


Nah, sekarang kamu tahu kan bagaimana cara mengelola waktu dengan cara menulis? Kamu bisa produktif sepanjang hari, dan mengimprove diri hari demi hari.

Selamat mencoba 🙂

Memaknai Pertemuan dalam Bentuk Tulisan

Siapa di antara kamu senang jadi notulis kalau rapat? 🙂

Suatu pertemuan penting yang diadakan tentu memiliki arti. Entah bagi kemajuan tim / organisasi kamu, atau kelancaran proyek kecil, sedang, dan besar. Yang jelas, pertemuan tersebut harus memiliki arah dan nilai bagi organisasi kamu. Untuk memaksimalkan progres sudah berjalan atau belum, maka dari itu dibuatlah notulensi.

Membuat notulensi berarti membuat suatu pertemuan terdokumentasi dalam bentuk tulisan. Dalam hal ini, kata sepakat haruslah tercapai dan buktinya jelas. Apabila tidak ditulis dengan jelas, anggota pertemuan akan mempertanyakan terkait keputusan sehingga muncullah miskomunikasi di kemudian hari.

Kamu bisa menghindari miskomunikasi ini dengan memaksimalkan perananmu dalam rapat. Misal, membuat notulensi tanpa disuruh. Atau memperjelas bagian-bagian tertentu yang rawan miskomunikasi. Atau mungkin membuat referensi pembanding atau memaparkan fakta yang belum terungkap. Banyak bukan?

Dengan kegiatan tulis-menulis, kamu bisa lebih memaknai suatu pertemuan. Entah secara langsung atau tidak langsung, kamu tetap bisa terlibat dalam forum dengan menulis.

Jalannya forum sangat ditentukan oleh keterlibatanmu dalam rapat. Iya kamu, yang lagi membaca teks ini. Bukan yang lain, bukan bos kamu. Kamu sendiri dapat menjadi pemimpin dalam forum berjalan. Entah sebagai notulis, atau sebagai penyampai fakta. Kamu bisa mendengarkan secara aktif.

Ada satu syarat agar kamu bisa memaksimalkan keterlibatanmu dalam forum. Mau tahu nggak? Hehe

Syaratnya adalah, kamu harus berada di ruang rapat saat itu dan di tempat itu juga. Jangan sampai badan kamu di ruang rapat tetapi jiwa kamu melayang-layang. Hal ini penting karena kamu harus berkonsentrasi secara penuh, apabila kamu ingin terlibat.

Dengan demikian, kamu akan lebih sadar diri, sadar situasi, dan sadar peranan. Sadar peranan membuat kamu berharga, dan kamu percaya bahwa kamu lebih dari apa yang orang lain pikirkan.

Memaknai pertemuan dengan membuat tulisan, berarti memaknai saat ini. Kamu tidak hanya hidup, kamu juga menghargai kehidupan.

Menjadi notulis tak selamanya menjemukan. Faktanya, aku sendiri membuat tulisan-tulisan rapat tanpa ada yang menggerakkan dan mengunggahnya di Google Drive :). Bayangkan jika kamu yang melakukannya. Bukan hanya atasan kamu yang merasa kehadiranmu dibutuhkan, anggota lain pun juga begitu.

Jadi, yakinkah kamu bahwa membuat tulisan berarti memaknai sebuah pertemuan? 🙂

Jangan Membuat Tulisan Bila Hanya Demi Cuan

Lho memangnya tidak boleh?

Eits! Santai, tenang dulu… Postingan ini bukan menjadi sarana untuk mengucilkan diri kamu yang tengah berjuang untuk mendapat rupiah dari menulis. Tulisan ini ditujuan untukmu, yang mungkin belum melihat sisi lain dari membuat tulisan. Semoga kamu tidak memandang secara kabur hakikat seorang penulis yaitu BERKARYA!


Tulisan zaman sekarang tidak lekang dari pengaruh uang. Pastinya topik apa aja bisa diduitin di zaman sekarang ini. Apapun yang kamu butuhkan, pasti bisa dipenuhi dengan cara menulis.

Menulis di platform apa saja berpotensi untuk mendapatkan uang. Di Instagram misalkan, kamu bisa dapat cuan dengan mempromosikan produk yang kamu unggah dan ceritakan lewat caption. Di Wattpad, kamu bisa cuan dari wattpad coins dan jumlah pembaca. Di website, kamu bisa dapat cuan dengan memenangkan lomba ataupun dari iklan (Ads). Dengan fakta ini, kamu bisa mendapatkan uang dengan membuat topik apapun.

Bukan cuma itu, kamu bisa juga menciptakan buku/ebook/karya untuk dijual. Dengan begitu, kamu bisa mulai pelan-pelan menghidupi dirimu sambil membuat tulisan.

Memang menulis demi mendapatkan cuan adalah cara untuk bisa membuat kamu hidup tenang dan bahagia. Tetapi jangan lupa, bahwa cuan bukan selama-lamanya tujuan akhir. Cuan itu sarana, sehingga kamu semangat untuk berkarya.

Kalau cuan kamu jadikan sebagai tujuan akhir, kamu akan stress. Karena jika kamu tidak cuan, kamu tentu akan malas menulis dan jatuhnya kamu akan meredup lalu berhenti

Lain halnya kalau kamu menulis atas dasar passion, atas dasar ingin memberi manfaat. Atas dasar ingin membagikan pengetahuan. Pastinya, cuan mengikutimu di belakang. Nah, kalau begitu apa hal yang ingin kamu dapatkan dengan membuat tulisan?

Membuat tulisan itu berarti berkarya. Apabila orang lain belum menganggap karyamu yang terbaik, setidaknya itu adalah karya darimu. Kamulah yang memperjuangkan karya itu hingga dipublikasikan.

Jadi, sudahkah kamu menetapkan tujuan menulismu selain hanya mendapatkan cuan?

Pentingnya Jurnal Keuangan Harian di Buku Catatan

Pencatatan keuangan benar-benar bermanfaat. Kamu bukan cuma bisa melihat arus kas kamu, kamu juga bisa melakukan kontrol diri. Bayangkan apabila kamu menghabiskan uang Rp 200.000,- untuk makan sehari, padahal biasanya kamu hanya perlu Rp 50.000,-. Oleh karena itu penting untuk punya jurnal keuangan harian di buku catatan.

Jurnal Keuangan adalah elemen penting dari pengelolaan keuangan kamu. Kamu tetap bisa update dengan transaksi keuangan kamu dari hari-ke-hari. Bukan cuma itu, kamu bisa melakukan rekapitulasi keuangan mingguan, bulanan, tahunan. Dengan demikian kamu bisa melakukan pembuatan anggaran pribadi kamu

Memang pentingnya apa sih? Yuk simak baik-baik!

Tidak Impulsif

Membeli banyak barang dalam satu hari, minggu, bulan dapat berdampak besar. Bukan hanya itu, bisa jadi barang-barang yang kamu beli tidak benar-benar kamu butuhkan. Jangan-jangan rumahmu nanti akan berisi penuh dengan barang yang sebenarnya tidak kamu perlukan?

Nah, makanya kamu harus banget bikin budgeting pengeluaran agar kamu tidak menghambur-hamburkan uang dan hidup secara efisien. Dengan begitu, kamu akan menghindari impulsive buying atau belanja secara impulsif.

Bedakan needs dengan wants. Beli barang yang benar-benar kamu butuhkan

Tujuan Keuangan Lebih Mudah dicapai

Dengan rutin melakukan pencatatan jurnal keuangan harian di buku catatan, dan melakukan rekapitulasi kamu dapat membuat perkiraan, sebenarnya berapa rupiah yang kamu keluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidupmu.

Dengan demikian, kamu bisa membuat pengelolaan keuangan lebih tertata. Kamu akan mengetahui berapa rupiah yang harus kamu sisihkan, untuk dana darurat, untuk tabungan, dan investasi.

Lebih Sadar akan pengeluaran pribadi

Berkembangnya teknologi yang ada saat ini, membuat kamu lebih cepat memutar uang. Bukan berarti uangnya kamu putar-putar yah, hehehe…

Kamu bisa lebih cepat mengeluarkan uang dengan adanya fitur cashless seperti e-money, Gopay, DANA, OVO, dan bahkan kartu debit / m-banking.

Apalagi, kamu bisa berhutang secara cepat. Bukan hanya dengan kartu kredit, kamu bisa berhutang dengan Paylater, pinjaman online, atau aplikasi peminjaman uang lainnya.

Bila dibiasakan, hal ini tidak baik. Kamu tidak hanya kehilangan uang lebih banyak, kamu juga tidak memiliki uang kas yang ril. Hasilnya? Kamu jadi sulit untuk menabung dan mencapai tujuan keuangan kamu.

Maka dari itu, memiliki jurnal keuangan harian di buku catatan dapat menghindari kamu dari pola hidup yang konsumtif. Kamu dapat menahan diri setiap kali kamu ingin mengeluarkan uang dalam jumlah banyak.


Nah, kamu sadar ‘kan, pentingnya punya jurnal keuangan harian di buku catatan?

Membuat pencatatan keuangan tidak susah, karena banyak aplikasi pembantu yang melimpah. Aplikasi ini bisa kamu dapatkan di Google Playstore seperti Money Manager, Finku, BukuKas, dan yang lainnya.

Atau, kamu bisa melakukannya secara konvensional dengan membawa catatan kecil untuk mencatat transaksi harian. Catatan kamu bisa kamu simpan dalam bentuk fisik, ataupun bentuk digital dengan media Google Keep.

Dengan membuat jurnal keuangan pribadi, kamu bisa menciptakan pola pengeluaran yang sehat. Dan dompet kamu akan terbebas dari risiko Kanker alias kantong kering.

Jadi, sudah mencatat pengeluaran kamu hari ini belum? 🙂