Commissioning – Menuju produksi mandiri

Halo teman-teman semua!
Di artikel sebelumnya kita sudah mempelajari mengenai Apa itu Commissioning, mengapa commissioning diperlukan, dan apa saja tahapan-tahapan commissioning.

Kita harus tahu dulu, sampai kapan tugas Production Engineer / Process Engineer / Commissioning Engineer dilaksanakan. Yang jelas, bukan bekerja dan main tinggal, melainkan sampai pihak produksi bisa bekerja secara mandiri.

Apa bedanya artikel ini dengan part 1?

Jelas beda! Di sini kamu akan belajar Bagaimana Pabrik bisa Memproduksi Bahan yang diinginkan dengan kapasitas dan spesifikasi yang sesuai. Di Part 1 kamu hanya mempelajari Bagaimana seluruh proses pabrik bisa Jalan dari yang tadinya cuma bongkahan besi berdiri tegak.

Apa aja sih yang dipelajari di sini?

Yuk kita lanjut ke penjelasan…

Mengenal standardisasi proses

Apasih standardisasi proses itu?

Standardisasi proses adalah upaya untuk menetapkan prosedur operasi, kuantitas bahan, set point, dan cara-cara spesifik melakukan handling produksi hingga didapat spesifikasi produk yang diinginkan.

Bahasa gampangnya, membuat resep rahasia.

Temen-temen coba deh bayangkan, kenapa dari sekian banyak tukang nasi goreng, rasanya bisa beda-beda

Kenapa ya emangnya?

Bahasa gampangnya, karena bahan baku dan prosesnya beda-beda, sehingga rasa dan bentuknya pun berbeda.

Tapi coba kalian datang ke salah satu tukang nasi goreng langganan kalian, yang mana penjualnya masih sama dengan yang 1 tahun lalu kalian datangi. Apakah rasanya bisa berbeda-beda?

Kemungkinan besar tidak. Itulah yang diharapkan dari standardisasi proses.

Produk yang standar, berasal dari bahan baku yang standar dan proses yang standar pula. Dengan menjaga semua parameter berada pada rentang yang kita inginkan, atau fixed value, kita bisa mendapatkan produk yang kita inginkan.

Bagaimana cara membuat standardisasi proses di Commissioning?

Untuk proses yang sudah ada (Existing)

Pastikan teman-teman memiliki semua kondisi operasi, suhu, tekanan, dan komposisi mixingan di tiap-tiap alat. Dan ini bisa diterapkan di plant baru teman-teman.

Untuk proses yang baru merintis (New Process)

Teman-teman harus mengetahui dulu karakteristik alat proses. Bisa dengan literature review maupun dengan eksplorasi alat. Tumbuhkan pertanyaan “What ifs” dalam diri teman-teman, dan kumpulkan setiap datanya. Di sinilah proses belajar dimulai dan teman-teman harus mengumpulkan pengalaman dalam menjalankannya.

Pengalaman ini bisa 1 hari, 1 minggu, 1 bulan bahkan 1 tahun. Yang jelas, teman-teman harus yakin dan percaya, bahwa di setiap kesalahan, ada pembelajaran. Pembelajaran itu yang menjadikan diri kita siap.

Langkah-langkah memulai commissioning product

Mulailah dengan sebuah Batchsheet

Di sini teman-teman bisa menyiapkan batchseet / IK/ SOP produksi teman-teman, sehingga kalian bisa melakukan produksi dengan aman, lancar, dan tepat sasaran.

IK dimulai dengan versi kompleksnya / rinci, yaitu:

  • Berikan urutan jelas tentang suatu pekerjaan.
  • Apabila ada valve manual, cobalah untuk mendetilkan lokasi valve dan nomornya, bila perlu gambar ilustrasinya
  • Jelaskan maksud dari program yang dibuat, manual maupun auto

Bagaimana kalau proses yang dijalankan baru, dan batchsheet nya tidak ada?

Teman-teman bisa menyediakan skenario pelaksanaan yang tentunya dikawal oleh Senior Engineer atau Production Manager. Bila proses didirikan oleh vendor, teman-teman bisa meminta Technical Service Engineer untuk mendampingi kalian. Kalian bisa minta dibimbing dan dijelaskan secara clear semua tahapan dan prosesnya.

Laksanakan batchsheet yang sudah dibuat

Ketika teman-teman membuat batchseet, tentu teman-teman belum memikirkan satu atau dua hal detail yang muncul saat menghadapi permasalahan di lapangan. Teman-teman bisa menambahkannya seiring berjalannya proses commissioning.

Batchsheet yang sudah ada dan direvisi berkala, dijalankan bersamaan dengan Operator dan Supervisor. Di sini, mereka harus mengetahui setiap detail proses yang berjalan. Jangan sampai mereka hanya menjalankan, tanpa tahu apa yang harus dikerjakan.

Catat semua kondisi operasi, spesifikasi produk, dan kejanggalan yang muncul selama proses produksi.

Pastikan bahwa yang mencatat adalah personnel operasi (Operator), sehingga supervisor dan Process Engineer bisa memberikan rekomendasi perbaikan.

Evaluasi Pelaksanaan Commissioning

Pada bagian ini, teman-teman mengevaluasi hasil batchsheet yang sudah dikerjakan. Evaluasi terbagi atas tiga aspek:

Evaluasi Kapasitas

Lead time adalah waktu dilaksanakannya proses. Ini ada hubungannya dengan Kapasitas produksi, sehingga produksi dapat berjalan dengan design intent, dan pada waktu yang ditargetkan.

Evaluasi lead time, didasarkan atas bahan baku yang masuk dibagi dengan lama waktu jalannya proses. Untuk proses-proses baru, lead time mungkin tidak sebagus proses lama. Apabila proses yang dijalankan adalah proses Existing maka lead time proses harus sama dengan atau lebih singkat dari proses existing.

Bila lead time proses teman-teman terlalu lama, evaluasi kembali

  • Apakah komponen proses yang berkontribusi terhadap lamanya lead time proses (Reaksi , Transfer, Pengendapan, pemisahan, pendinginan, pemansan, dst)
  • Mengapa lead time proses tersebut lama? Apakah sejak awal lambat, atau berangsur-angsur melambat?
  • Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap lamanya lead time? Apakah faktor utilitas? Apakah bahan baku? Apakah performa alat?

Evaluasi Yield / Rendemen

Yield / Rendemen adalah jumlah produk yang dihasilkan terhadap bahan baku yang dimasukkan. Adapun Yield ini dihitung berdasarkan basis massa produk / massa bahan baku termasuk impurities di dalamnya.

Apakah Yield proses sudah sama dengan existing?

Jika sudah sama atau lebih tinggi, itu baik. Namun apabila lebih rendah, maka harus dievaluasi.

Potensi Yield rendah , adalah sebagai berikut:

  1. Periksa kembali bahan baku. apabila bahan baku proses yang digunakan tidak standard, maka Yield akan berubah-ubah, dan lebih parah lagi akan mengalami penurunan
  2. Periksa reaksi, apakah reaksi terjadi secara tepat? Apakah konversi reaksi sudah standard dengan hasil yang didapatkan?
  3. Periksa proses pemisahan. Apakah ekstraksi berjalan dengan baik? Apakah settling/ pengendapan berjalan dengan baik? Apakah fraksinasi / destilasi / evaporasi berjalan dengan baik? Apakah interface dari pemisahan dekantasi berjalan dengan baik?
  4. Periksa utilitas. Apakah selama jalannya proses utilitas mengalami gangguan?

Evaluasi Puritas / Kemurnian Produk Akhir

Apakah puritas produk jelek dikarenakan bahan baku yang jelek juga? Atau jangan-jangan di dalam jalannya proses, terdapat impurities yang tidak kita inginkan, seperti

  • Produk samping dari reaksi samping yang tidak dikehendaki
  • Moisture / uap air
  • Solvent yang terbawa
  • Trace elements

Apabila dari segi impuritas tidak ada, apakah effort pemisahan sudah berjalan dengan baik? Performa alat maupun settings parameter yang dijaga dengan baik?

Mengulangi langkah sukses, tidak mengulangi kegagalan commissioning

Kenapa saya gagal? Kenapa juga saya berhasil?
Apabila saya tidak mengetahuinya, bukankah itu sebuah “keberuntungan” semata?

Bagaimana hasil dari pelaksanaan temen-temen? Apakah berhasil?
Jika berhasil, kenapa kira-kira?
Jika gagal / belum berhasil, kenapa juga tuh?

Teman-teman harus membuat evaluasi yang menyeluruh, sehingga teman-teman tahu, what works and what didn’t works. Dengan demikian, teman-teman bisa mencari hubungan sebab akibat.

Hal-hal yang teman-teman rasa baik, dan perlu dipertahankan, dijaga sebagai standardisasi proses baru. Namun, hal-hal yang tidak baik dan malah membuat kegagalan, tidak teman-teman ulangi dan dicatat sebagai pembelajaran.

Di sinilah teman-teman mengulangi Step 2, 3, dan 4 kembali hingga mendapat Spesifikasi produk standar, lead time standar, dan yield standar.

Dokumentasikan Proses Yang teman-teman buat

Apabila teman-teman berhasil membuat krabby patty yang lezaat produk yang sesuai spesifikasi, teman-teman harus mendokumentasikan semua proses produksi secara terperinci. Di sinilah semua standardisasi proses tersebut dijaga, dalam bentuk soft copy maupun hard copy.

Buatlah Instruksi Kerja yang menarik sehingga teman-teman operator dan supervisor bisa menjalankan instruksi kerja tersebut dengan sangat baik di lapangan.

Training personnel sebagai muara akhir dari Commissioning

Lakukan training untuk tim, sehingga mereka mampu mengerjakan proses tersebut secara mandiri, bisa berjalan sendiri, dan tentunya mengerti jalannya proses secara runtut, serta (nilai bonus), mampu melakukan troubleshoot apabila ada masalah.

Selanjutnya apa?

Teman-teman bisa “Lepas Landas” atau menjalankan kembali aktivitas teman-teman sebagai Production Engineer. Teman-teman bisa berkeliling ke Plant plant lain yang membutuhkan, menyelesaikan masalah, dan tentunya membuat laporan yang baik. Di sisi lain, untuk pabrik yang teman-teman sudah commissioningkan,teman-teman bisa “Mengamati dari kejauhan”, dan datang sewaktu-waktu apabila ada masalah dan kesulitan produksi.


Nah, itu tadi adalah cerita, bagaimana agar suatu pabrik yang tadinya siap dioperasikan tanpa tentu arah, menjadi siap berproduksi sesuai standar yang berlaku.

Bagaimana, apakah teman-teman sudah paham?
Yuk diskusi bareng di kolom komentar 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *