Kembali teringat suatu peristiwa pada 2013. Hari di mana saya pulang sekolah setelah belajar kelompok. Saya mampir dulu di warteg karena perut terasa lapar. Saya ingat waktu itu saya makan telur balado dan sambal goreng kentang. Sesampainya di rumah, saya langsung ditawari makan oleh ibu. Respon saya adalah penolakan. Saya kenyang dan ingin langsung tidur setelah mandi.
Sore harinya saya makan dan memprotes bahwa masakan sudah dingin. Saya mencak-mencak ketika ibu menyalahkan saya pulang lambat. Bagi saya saat itu, ibu tidak benar mempersalahkan anaknya yang pulang sore demi kebaikan akademik saya.
Termenung dalam sedih karena pertengkaran yang tidak perlu baru saja meletus, saya merefleksikan segalanya. Sebagai anak, makan di rumah adalah fasilitas nomor satu dari seorang Ibu yang jago masak. Bukan cuma itu, masakan ibu juga masakan paling lezat di seluruh dunia, dibandingkan kualitas resto yang tentunya mahal namun belum tentu enak. Sore itu saya berakhir meminta maaf kepada ibunda sebelum hari berganti malam.
Diri saya yang sekarang termenung apabila mengingat peristiwa itu. Rasanya konyol melihat diri saya yang kecil lebih senang untuk makan di luar rumah ketimbang makan masakan di rumah. Bila di luar rumah makanan bisa tercemar lalat, tikus, kecoa, dan debu-debu jalanan, maka makanan rumah pasti terjaga kebersihan, kualitas, dan higienitasnya. Nikmat apalagi yang kamu dustakan?
Makan di rumah itu baik, karena selain menyenangkan hati orang yang memasakkannya, pola hidup sehat terjamin. Di rumah, masakan yang higienis bisa terjamin. Bahan baku yang dicuci dengan baik dan dipanaskan pada suhu yang tepat. Proses yang higienis menggunakan alat-alat yang sudah dicuci. Dan disajikan di piring makan yang baik di atas meja makan yang terbaik.
Tidak perlu khawatir ada lalat, tikus, atau kecoa masuk ke makanan, karena Ibunda sudah menghindarkan bahaya makanan tersebut agar tidak meracuni orang-orang yang memakannya. Dijamin sehat, higienis, bermutu, dan tentunya kenyang alias nambah terus.
Budaya makan di rumah sampai saat ini masih menjadi keunikan tersendiri di keluarga saya. Inilah alasan mengapa saya pasti pulang ketika pergi jauh untuk waktu yang lama. Sebulanpun saya pulang minimal satu kali. Rasanya sulit untuk hidup dengan makanan yang higienitas nya belum tentu terjaga. Padahal Ibunda di rumah telah menyediakannya.
Kamu yang jauh dari ibu, sudah pulang untuk makan masakan rumah belum?