Membangun Hubungan yang Baik dengan Psikolog

Jangan takut dengan psikolog, itu pesanku. Mereka hanya manusia, seperti kita. Memang awalnya aku mengira mereka adalah manusia dengan otak superkomputer yang bisa menyelami dalamnya hati dan pikiran manusia. 

Jangan takut mereka akan menghakimi dan menyudutkan. Karena mereka punya kode etik untuk bekerja. 

Jangan takut mereka akan membocorkan semua yang kamu ceritakan. Meskipun mereka punya akun sosial media, mereka akan berbagi konsensus denganmu setiap akan membuat story tentangmu.

Tentu saja, kamu boleh untuk tidak secepat itu mempercayai psikolog sampai kamu mengunjunginya. Maka berikut aku akan berbagi tips bagaimana agar tidak takut dan berhubungan erat dengannya.

Menghubungi lebih dahulu di WhatsApp

Sebelum konseling, kita bisa mengawali mengobrol dahulu dengan Psikolog di WhatsApp. Hal ini dimaksudkan agar kamu tidak canggung saat menceritakan dirimu. Ngobrol ini bisa dengan perkenalan: domisili, asal, background pendidikan, dan minat, atau hobby.

Ceritakanlah garis besar masalahmu di Word File

Takut energi habis saat akan bercerita panjang lebar soal diri sendiri?

Ceritakanlah dirimu dan masalahmu dengan menguraikannya pada selembar kertas. Kamu bisa menulis bebas tanpa format dan tanpa hambatan. Anggap kamu menulis untuk diri sendiri.

Tanyakanlah pada Psikolog apakah dia berkenan untuk dikirimi file tersebut sebelum kita konseling? Bila tidak, cobalah untuk menyerahkannya di hari H konseling.

Cobalah untuk ngobrol lepas pra dan pasca konseling

Ini dimaksudkan agar hubungan kalian tidak sebatas hubungan profesional yang kaku. Siapa tahu kalian bisa dekat untuk diskusi atau melakukan hal yang besar.

Sebenarnya hal ini juga agar kalian tidak kaku dan mulai terbuka satu sama lain. Terutama saat menceritakan hal-hal sensitif. Cobalah menanyakan keluarga, biasanya orang-orang menyukainya. Atau makanan enak. Atau bisa jadi tempat baru untuk dikunjungi.


Kembali lagi kita harus ingat bahwa mereka juga manusia. Mereka bukan malaikat penjaga gerbang surga maupun seorang hakim (karena gelar mereka bukan SH atau MH). Merekalah manusia yang siap membantu kita keluar dari permasalahan.

Dengan demikian, kita akan lebih terbuka dengannya dan self-discovery kita akan lebih bermakna.

#30DWCJilid44 #Day6

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *