Menemukan Makna Kehidupan Melalui Tulisan

“Kematianku tak lebih dari seperti saat seorang penyair menuliskan tanda titik pada akhir kalimat sajaknya.”

Leila S. Chudori dalam Laut Bercerita

Aku mengangkat kutipan ini dari novel Laut Bercerita, novel favoritku. Bukan hanya pengarang, gaya penulisan, ataupun tokoh-tokohnya yang membuatku jatuh cinta. Aku juga jatuh cinta pada kutipan-kutipan yang antik, yang tersebar di seluruh halaman novel.

Membicarakan kehidupan, kamu dan aku sepakat bahwa ada kematian.

Jika hidup ini adalah kumpulan sajak, maka kematian adalah tanda titik dengan baris-baris kosong yang mengikutinya.

Jika kita hidup untuk berkarya, maka ketika kita mati, tidak ada lagi karya-karya kita.

Dengan berkarya, orang-orang di dunia ini akan mengenal nama kita, setidaknya untuk beberapa lama. Lain halnya sang legenda, yang namanya tetap hidup di sepanjang usia. Tetapi tanpa perlu menjadi sang legenda, kamu tetap istimewa.

Iya, kamu istimewa :). Itulah sebabnya kamu dilahirkan ke dunia, sebagai manusia.

Kita tidak dilahirkan ke dunia karena kita telah memiliki jasa atau berharga di mata orang tua. Justru kita menjadi berharga, karena kita dilahirkan ke dunia sebagai manusia.

Sebagai manusia, aku menghargai makna kehidupan secara utuh, lewat jalan menulis. Bagiku menulis adalah sarana pengembangan diri yang murah, bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, serta tahapannya dapat dimonitor secara berkala.

Aku akan membagikan pemikiranku, bagaimana aku menemukan dan menghargai makna kehidupan lewat tulisan. Yuk, kita diskusi sejenak lewat beberapa baris buah pikiranku.

Menulis Berarti Mengukir Sejarah

Kamu pasti punya tulisan. Baik itu puisi, prosa, kutipan, resensi buku, ataupun hanya sekadar curhat ceria di media sosial. Instagram, Facebook, atau Twitter mungkin.

Tulisan-tulisan ini adalah bukti sejarah hidupmu. Sadari bahwa dalam hidupmu ada sejumlah kisah. Baik itu kisah senang, sedih, kecewa, marah, atau takut. Dengan menyadari hidupmu yang telah mengalami banyak peristiwa, kamu juga ikut sadar bahwa kamulah sang pelaku sejarah.

Sejarah mana yang akan kamu bagikan? Itu adalah pilihanmu.

Apakah kamu akan terus-terusan membagikan semua tentang dirimu, dan mengalihkan fungsi media sosial menjadi buku harian digital yang dapat dibaca oleh banyak orang? Atau kamu mau membuat tulisan yang menginspirasi banyak orang?

Nah, selagi kamu memikirkannya, aku akan membagikan sedikit mengenai diriku.

Bagiku, menulis artinya mengukir sejarah. Ketika aku meninggalkan tulisanku di media apapun, orang menyadari bahwa aku hidup.

Ketika aku membagikan tulisanku, orang lain menyadari bahwa aku benar-benar ada di dunia.

Bukan hanya itu, ketika aku mellihat postinganku terdahulu, aku dapat melihat diriku dari waktu-ke-waktu. Aku bisa menerawang jauh ke bagian masa laluku, bisa melihat seberapa jauh perbedaanku dengan aku yang dulu.

Kamu sendiri bagaimana? Sebagai pelaku sejarah apakah kamu telah meninggalkan banyak kisah dalam media digital? Atau kamu sudah melihat perbedaanmu dengan kamu yang dulu?

Tulisan Memberi Dampak Bagi Banyak Orang

Saat aku menulis dan membagikan tulisanku, aku merasakan dampak bagi orang-orang di sekitarku.

Kita mulai dari dampak negatif dulu. Saat aku membagikan keluhan terhadap sesuatu, atau membagikan ujaran kebencian, maka orang-orang di sekitarku akan terpengaruh. Mereka menjadi ikut mengeluh, prihatin, atau bahkan marah.

Tetapi bila aku membagikan hal-hal yang menyemangati orang lain, motivasi hidup, atau lelucon ringan, orang-orang akan menjadi lebih positif. Mereka tidak hanya merasa bahwa aku adalah orang yang berkepribadian baik, namun juga bisa ikut termotivasi dengan apa yang aku bagikan.

Kamu sendiri bagaimana? Apakah media sosialmu sudah memberi dampak bagi orang lain? Apakah kamu hanya sekadar mengeluh dan membuat orang lain ikut-ikutan mengeluh? Atau kamu mau mengubah dunia menjadi lebih baik lewat tulisanmu?

Menulis Membantumu Menyembuhkan

Sadar atau tidak, kita hidup membawa luka-luka.

Entah itu di dalam pekerjaan, keluarga, atau hubungan asmara, kamu pasti pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.

Saat aku membaca salah satu akun Twitter, aku melihat pesan berikut:

Saat kita ingin menyembuhkan luka, pahami dulu bagian mana yang harus disembuhkan.

– N.N

Luka fisik, luka batin, prinsipnya hampir sama. Bila kita ingin menyembuhkan luka, kita harus tahu letak luka tersebut di mana. Dengan begitu kita mengetahui cara menyembuhkannya.

Beberapa orang tidak bisa menyembuhkan luka mereka karena mereka tidak tahu letak luka mereka di mana. Apa yang menyebabkan, dan pengalaman apa yang melahirkan luka mereka.

Hai kamu, yang mungkin sedang terluka atau pernah terluka. Yuk rehat sejenak. Sadari bahwa kita hanyalah manusia. Kita boleh merasa rapuh dan lemah.

Kamu bisa mengambil penamu dan mulai menulis di atas kertas. Atau kamu juga bisa memanfaatkan sarana digital seperti HP, komputer, laptop, untuk membantumu memeriksa isi hati.

Lewat tulisan, kamu bisa memeriksa apa yang salah dalam dirimu. Kamu bisa menanyakan ke dirimu mengapa kamu merasa sedih, mengapa kamu merasa kecewa atau marah.

Kamu tetap bisa, lho menjadi dirimu sendiri saat menulis. Karena saat kamu menulis, hanya ada kamu dan dirimu. Tidak ada yang akan menghakimi atau mengomentari kamu.

Teknik ini disebut Journaling. Aku sendiri sering melakukannya. Saat-saat journaling adalah saat-saat paling mengharukan. Mungkin kamu akan menangis juga, sama sepertiku.

Mengapa menulis untuk kesembuhan sangat penting?

Karena hidup ini hanya sekali. Untuk bisa bangkit dan keluar dari situasi terpuruk kita memerlukan suatu keberanian. Dengan begitu, kita bisa sembuh dari luka-luka dan kita bisa menghargai makna kehidupan sejati.


Nah, tiga hal di atasadalah caraku untuk menemukan makna kehidupan melalui tulisan. Kamu dapat menemukan juga hidumpu yang kaya makna dengan menjawab tiga pertanyaan ini:

  1. Dengan menulis dan mengunggah tulisan kamu ke media sosial, kamu menyadari dirimu sebagai elemen yang tak terpisahkan dari sejarah. Sejarah mana yang akan kamu ceritakan atau kamu tulis?
  2. Dengan menulis di media sosial kamu telah memberi dampak bagi orang yang membaca tulisanmu. Dampak seperti apa yang akan kamu bagikan?
  3. Dengan menulis di buku harian atau catatan kamu, kamu bisa memeriksa dirimu dan menemukan luka-luka yang tersamar. Apakah kamu berani bangkit untuk sembuh dari luka-luka itu dan menghargai kehidupan lebih dari sebelumnya?

Sebelum aku mengakhiri tulisanku, aku mau memberikan kutipan spesial untukmu:

Hidup ini singkat. Sayang bila kita tidak memanfaatkan hari ini untuk mengukir sejarah, untuk memberi dampak, dan untuk sembuh dari luka-luka masa lalu.

Damar Parthasiwi

Yuk, sama-sama kita belajar untuk menghargai makna kehidupan lewat tulisan 😊

#30DWC #30DWCJilid39 #Day1

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *