My Journey of Healing Through Consistent Writing

Melewati pengalaman penuh luka dan duka di mana kamu melihat dirimu disakiti,

Bukan hanya satu dua kali, namun berulang kali.

Rasanya… menyakitkan bukan?

Buat kamu yang sedang berjuang, melewati pengalaman itu, aku akan memberikanmu beberapa cerita mengenai pengalaman tulisan yang menyembuhkan…


Aku mengingat kembali suatu masa, ketika aku berada di sekitar orang-orang yang toxic. Saat itu, pekerjaanku sedang keras-kerasnya. Aku kelelahan, siang dan malam. Hubunganku dengan pasangan juga sedang renggang kala itu, sebelum perpisahan terjadi. Keluargaku juga sedang jauh, jauh di sana, di tanah halaman.

Aku sempat melarikan diri dengan mengambil banyak kesibukan. Pelayanan di Gereja, makan yang banyak, game, hobby di YouTube, bisnis, dan yang lainnya. Tapi itu semua hampa ketika aku tidak melakukan kesibukan apa-apa.

Rasanya aku ingin menghilang saja dari dunia ini.

Menghilang. Benar-benar menghilang dengan cara apapun. Tapi aku tidak sekali-kali memikirkan cara untuk menyakiti diri ataupun bunuh diri. Aku ingin menghilang saja.

Hingga aku duduk di kamar yang tenang, tanpa cahya selain lampu tidur.

Duduk di atas kursi di depan meja kayu. Hanya ada aku, bayanganku, dan laptop yang memutarkan music piano.

Kuambil buku tulis kosong yang belum pernah aku tuliskan. Aku membuka halaman kosong dan mulai menuliskan banyak hal di sana.

“Eh kamu, apa kabar mar?”

Aku mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan luwes.

             “Sehat. Kamu gimana kabarnya?”

             “Kurasa engga juga. Aku merasa ga begitu baik nih ☹”

            “Lho kamu kenapa?”

Saat itu aku bercerita kepada diriku sendiri. Aku menceritakan banyak hal, mulai dari rasa sepi yang aku alami, orangtua yang jauh di sana, kekasih yang hilang, dan segala rentetan peristiwa di pekerjaan yang membuatku menderita.

Saat aku mulai menceritakan soal kekasih yang hilang, ujung penaku bergetar dan aku berhenti sesaat.

Aku menulis tiada henti. Tangisku pecah dan aku terisak-isak.

Rupanya aku sedang tidak baik-baik saja. Aku mencoba untuk menghindari masalahku yang sesungguhnya dengan cara menyibukkan diri. Aku selama ini merasa sang kekasih yang salah dalam hubungan tersebut. Tetapi, saat itu juga aku menyadari banyak kesalahanku yang aku perbuat.

Tangisku terhenti ketika aku memutuskan untuk memaafkan diriku dan apa yang sudah terjadi.

Dan aku merasa lebih baik. Setidaknya untuk hari itu.

Kadangkala luka tersebut muncul, dengan banyak peristiwa serupa yang menjadi trigger/ pemicu dari luka itu. Dan aku harus berhadapan dengannya.

Aku, hingga saat ini masih sering teringat cara beberapa orang memperlakukanku secara tidak layak. Orang-orang kantor lamaku, teman lamaku, ayah sendiri bahkan. Terkadang luka itu muncul dalam bentuk kemarahan.

Aku ingat, aku pernah membanting pintu dan barang-barang karena teringat salah satu rekan kerja yang menyebalkan. Aku juga sempat membanting sepatuku hanya karena ingat pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu.

Memang tidak mudah untuk menyembuhkan diri sendiri, karena seperti pernah kuceritakan sebelumnya, banyak orang yang tidak mengetahui luka mereka di mana.

Luka muncul, mereda, timbul, merekah, mereda Kembali. Itu siklus yang tidak bisa dihilangkan secara instan. Bagaikan pusaran air, kita dapat memperkecil ukuran pusaran, sehingga hidup kita tidak berhenti di tempat.

Tetapi aku berusaha hidup berdampingan dengan luka itu, sehingga aku merasa nyaman dengan diriku sendiri. Saat aku merasa sedih karena teringat kejadian tidak mengenakkan, aku menuliskannya di selembar kertas atau media digital. Aku mencoba mengingat permasalahan itu di masa lalu dan menuliskan setiap detilnya.

Dalam upaya untuk meredam respon kemarahan ataupun tangisan, aku biasanya menulis. Sekecil apapun kesempatan. Seperti akan menunggu antrean atau menunggu teman datang.


Kamu juga bisa membudayakan untuk tetap menulis. Tulisan pendek atau panjang, kamu tetap bisa melakukannya, lho 😊.

Jangan ragu buat cerita sama dirimu sendiri. Karena kamu adalah sahabat terbaik bagi diri kamu sendiri.

Sudah cerita apa ke diri kamu hari ini? Kalau belum, yuk jangan sungkan-sungkan lagi sama diri sendiri 😊

#30DWC #30DWCJilid39 #Day5

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *