Pentingnya Memahami Emosi Kita

Untuk bisa mengerti pentingnya memahami emosi kita, mari kita simak cerita berikut. Ada seorang anak bernama Kenny. Dia sangat lapar. Dia ingin makan. Ia ingin sekali makan nasi dan ayam goreng. Ia meminta orangtuanya untuk memberinya makan. Ia ingin supaya mendapatkan nutrisi dari makanan.

Ia terus dan terus meminta, tetapi orangtuanya belum menyediakan makanan. Ia terus dan meminta lagi, tetapi orangtuanya masih saja mengabaikannya.

Ia pun kelaparan, dan perutnya keroncongan. Ia segera meminta makanan.
Namun belum diberinya makan juga.

Ia jatuh sakit, dan meminta agar diberi makanan. Namun orangtuanya masih belum memberikan makanan.

Lama-lama dia sakit, dan akhirnya mati…


Tentu saja ini bukan cerita nyata. Karena mana ada orangtua yang tega membunuh anaknya sendiri dengan tidak memberinya makan, tanpa mengajarkannya untuk mencari uang. Dan anak seperti Kenny yang belum punya inisiatif seperti itu, biasanya mereka yang belum mengerti cara mendapatkan uang dari bekerja. Dan mereka hanya meminta-minta.

Cerita ini tak akan pernah terbit dimanapun.

Namun, cobalah mengganti peranan tersebut:

Kenny, adalah inner child kita.
Lapar, adalah emosi kita.
Orangtua, adalah kesadaran dan diri terbesar kita.
Sakit, adalah keadaan mental diri kita yang terganggu.
Mati, adalah kondisi kritis mental kita yang sudah terlambat untuk ditolong.

Mungkin, jika peranannya diganti, mari bertanya pertanyaan yang sama: mana ada diri yang tega membunuh emosinya sendiri dengan tidak memberinya pengakuan diri, tanpa memahaminya dengan kesadaran.

Mungkin diri itu adalah aku, kamu, atau bahkan kita semua.
Mungkin saat itu kita tidak menyadarinya.

Dari satu luka, tumbuh menjadi suatu bencana.

Mengapa kita harus mengenali emosi, dan bagaimana caranya?

Emosi manusia sangatlah beragam. Ada senang, sedih, marah , takut, kaget, jijik. Manusia yang tidak terbiasa memahami emosi, akan cenderung mati rasa, dan akan timbul gangguan kejiwaan lain, seperti sosiopati atau psikopati. Itulah sebabnya para orangtua di dunia ini punya kewajiban mengajarkan cara memvalidasi emosi kepada masing-masing anak.

Biasanya mereka mengenalkan emosi kepada anak dengan cara memberinya suatu tayangan, mengajarkannya melalui raut wajah, dan selalu mendorongnya untuk jujur dengan apa yang dirasa.

Setiap orangtua sebaiknya memvalidasi emosi anak-anaknya. Dengan demikian, anak akan lebih terbuka terhadap diri sendiri dan lebih bijak dalam mengelola emosi.

Tanpa emosi, hidup seseorang akan berbahaya

Bayangkan, ketika kita tidak bisa merasakan sedih sama sekali. Maka kita juga tidak bisa merasakan senang, takut, jijik, ataupun rasa-rasa lainnya. Ketika ini dibiarkan, seseorang akan cenderung menyakiti dirinya, bahkan membawanya ke keadaan bahaya.

Ini bisa membahayakan hidup diri sendiri maupun orang lain. Apabila kita tidak bisa berempati kepada diri kita, bagaimana kita mampu berempati kepada orang lain?


Emosi manusia sangat kompleks. Tanpa suatu penerimaan diri lewat self-discovery, kita akan mengutuk semua emosi negatif dan membenci diri. Jika kita bisa menerima diri, kita akan lebih terbuka dengan setiap emosi. Dengan demikian, kita akan lebih jujur kepada diri sendiri, bisa memvalidasi emosi, dan mampu mengelola emosi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *