Hidup untuk Menulis atau Menulis untuk Hidup?

“Kamu hidup untuk menulis?
Atau menulis untuk hidup?”

Oh ya aku lupa. Mungkin kamu yang ada di sini bukan hanya penulis, bisa jadi punya profesi atau memiliki minat lain. Izin kuganti pertanyaannya.

Kamu makan, untuk hidup?
Atau hidup, untuk makan?

Lho apa bedanya?

Awalnya ketika aku masih kecil, ayahku memberitahuku perbedaan dua ungkapan tersebut dengan satu kalimat. Katanya, “Agar kamu tahu bedanya, kamu harus tahu tujuanmu dulu.”

Benar juga, hal apapun yang dilakukan dengan sadar pasti punya tujuan tertentu.

Lantas jawabanku seperti ini, “Tentu saja makan untuk hidup dong yah, kan aku hidup gak cuma makan. Aku hidup buat sekolah, buat main sama teman, buat mencintai orang yang aku cintai.”

“Nah itu tahu,” jawab ayahku dengan senyum tersungging.

Kembali ke pertanyaan awal, aku bertanya kepada diriku sendiri.

“Kamu hidup untuk menulis, atau menulis untuk hidup?”

Rupanya, tujuanku sama-sama untuk hidup. Aku sadar, dalam kehidupan ini aku tetap harus hidup, apapun kondisinya.

Walaupun badai menghadang di depan sana, aku harus tetap hidup. Walaupun dunia memandang hina, aku harus tetap hidup.

Telah bulat jawabannya bahwa aku menulis, untuk hidup. Tetapi ironisnya tulisan saja belum bisa menghidupiku, setidaknya untuk saat ini.

Aku sadari, bahwa kapabilitasku sebagai penulis masih sangat jauh bila dibandingkan dengan rekan-rekanku yang sudah menjadi SEO Specialist, Penulis novel, jurnalis, atau pekerjaan lain yang pekerjaan utamanya adalah menghasilkan tulisan.

Tetapi hidup bukan hanya untuk membanding-bandingkan bukan? Bila tolok ukur hidup kita adalah profesi atau jabatan, maka kita yang belum punya jabatan atau profesi yang agung sudah pasti mengubur diri hidup-hidup.

Lantas aku mencari tahu, kira-kira apa sih yang membuatku tetap hidup dengan menulis? Karena aku tidak akan mengubah jawabanku. Sekali lagi, aku menulis untuk hidup.

Inilah jawaban dari permenunganku setiap harinya…

Tulisan dapat menjadi kado yang tak ternilai

Pernah bikin surat?

Bukan surat elektronik alias e-mail 😊. Surat fisik yang kamu berikan. Entah untuk pacar, untuk mama-papa, atau untuk sahabat.

Ketahuilah, kamu bisa memberikan benda antik satu ini ke orang yang tepat dan orang itu akan menyimpannya. Apalagi jika kamu memiliki kedekatan emosional dengan orang itu. Bukan cuma itu, tulisan dari kamu adalah kado yang tidak bisa dibeli di toko manapun.

Hebat bukan? Tulisan kamu tidak ternilai karena sangat asli dan itu adalah cerminan dirimu. Selain itu, tulisan merepresentasikan isi hati, sehingga hatimu akan tergambar jelas lewat tulisanmu.

Tulisan Adalah Elemen Profesi

Pernah bikin report / laporan ke atasan?

Bikin notulensi rapat?

Bikin Standar Operasional Prosedur?

Siapa bilang kemampuan penulis gak akan kepake di pekerjaan? Nyatanya dari dulu sampai sekarang, produk-produk tulisan fisik atau digital masih dibutuhkan di pekerjaan manapun. Bukan sekadar omongan belaka, tulisanmu juga menjadi ciri dan cerminan dari keseriusan pekerjaanmu.

Bagi kamu yang menjadi penulis, kamu bisa banget kok menuangkan kreativitasmu dalam menulis laporan bulanan, notulensi rapat, Standar Operasional Prosedur. Kamu bisa menambahkan nilai dirimu dari setiap karya dalam pekerjaanmu.

Dengan begitu, kamu tidak hanya bekerja, namun juga berkarir.

Kamu tidak hanya menjalankan rutinitas belaka, namun kamu juga ikut berkarya.

Tulisan membantumu menyembuhkan

Aku tahu, mungkin topik ini sangat-sangat menyentuh hati. Maka biarkan emosimu tertumpah dalam tulisan ini.

Bagiku, tulisan juga membantumu menyembuhkan. Tak dapat dibayangkan kamu melewati malam-malam kosong dan hari-hari sepi. Tulisan bisa menemanimu. Karena dia tak akan pernah menghakimimu.

Tulisan dapat menjadi cerminan diri sendiri, dapat membuat kita lebih berkaca dalam melihat luka-luka di masa lalu. Terutama luka-luka yang tidak terlihat.

Dalam setiap pengalaman tidak mengenakkan, kamu tetap bisa jujur kepada dirimu sendiri dalam setiap perasaan, pikiran, dan perbuatanmu. Kamu dapat menuliskan itu semua dalam buku harianmu.

Luka memang ada, tetapi keberanian harus selalu ada.

Keberanian untuk pulih, bangkit, dan tentunya menghargai kehidupan ini.


Berangkat dari hal-hal tersebut, aku menyadari sesuatu.

Saat ini, tulisanku memang belum bisa memberi dampak finansial bagiku dan bagi diriku. Tetapi setidaknya, tulisanku sudah memberi warna untuk kehidupan orang-orang di sekitarku.

Bukan berarti bila aku tidak mendapat uang dari menulis, aku tidak hidup.

Justru karena aku bisa mendapatkan kepuasan batin setelah menulis, aku hidup. Hari ini dan seterusnya.

Kamu gimana, apa alasan kamu menulis untuk hidup di hari ini dan seterusnya?

#30DWC #30DWCJilid39 #Day3

Atasi Pikiran Semrawut dengan Google Keep!

Isi kepala kamu lagi berantakan?

Mau nulis malah keinget kerjaan?

Ingin menulis Novel A malah keluar ide buat Novel B?

Mungkin kamu harus kenal Google Keep, yang akan membantu kamu menata isi pikiran kamu.

Mengenal Google Keep

Google Keep adalah alat penyimpan catatan digital berupa teks, suara, gambar, dan daftar secara online di website maupun di aplikasi Android.

Kamu tetap bisa menulis dari mana saja, termasuk dari HP kamu dan juga dari komputer kamu. Bukan cuma itu, kamu tetap bisa menulis dalam kondisi offline di HP kamu. Nantinya secara otomatis Google Keep akan mensinkronisasi isi catatan kamu bila sudah ada internet.

Manfaat Google Keep

Dengan menggunakan Google Keep, kamu tetap bisa memilah-milah isi tulisanmu, penting dan tidak penting dengan fitur Pin.

Kamu juga bisa mengelompokkan tulisanmu dengan fitur Label. Dengan ini kamu bisa mengorganisir catatan kamu agar tetap rapi.

Apabila kamu adalah pengarang novel dengan banyak genre, kamu bisa banget kok untuk membagi-bagi ruang Google Keep kamu dengan banyak Judul Novel atau Bab Novel ciptaanmu. Jadi satu label khusus untuk satu judul Novel, atau bahkan satu judul Bab.

Kamu juga bisa membuat pengingat catatan kamu sehingga kamu bisa mengeset jadwal / meluangkan waktu untuk tetap menulis dengan fitur Pengingat.

Bukan hanya itu, kamu bisa membuat urutan prioritas atau daftar kegiatan dengan menggunakan fitur Kotak Centang. Banyak bukan manfaatnya?

Nah, sekarang aku akan mengenalkan kamu manfaat-manfaat tadi dan cara penerapannya di Google Keep. Yuk simak sama-sama.

1. Pisahkan hal yang penting dan tidak penting

Memisahkan hal yang penting dan yang tidak penting dapat menguras waktu, sehingga isi pikiran kamu akan sulit ditata apabila tidak menggunakan jalan menulis.

Untung ada Google Keep, kamu tetap bisa membedakan hal yang penting dan yang tidak penting. Bagaimana caranya?

Semudah kamu menekan tombol paku/pin di pojok kanan atas catatan kamu. Simpel bukan?

Catatan catatan penting nantinya akan bergerak ke atas. Dan kamu dapat melihat catatan tersebut tanpa takut tenggelam dalam lautan catatan.

Apabila kamu memiliki catatan yang harus dibuang, tapi takut kalau suatu hari diperlukan. Kamu bisa mengelompokkannya dalam satu label, atau mengarsipkannya. Dengan cara ini:

Nanti catatan kamu akan berpindah ke bagian Arsipkan. Mudah kan?

Catatan ini misalkan, catatan dialog suatu adegan, atau ungkapan hati karakter, atau ide-ide pikiran yang mungkin terkesan konyol/aneh. Suatu hari kamu membacanya, bisa jadi perasaanmu berbeda.

2. Buat urutan prioritas dan Pengingat

Kamu bisa membuat pengingat catatan atau pengingat tugas dengan fitur “Pengingat”

Simpel aja, masuk ke bilah kiri dan pilih Pengingat. Kemudian tulis Judul dan isi catatan kamu.

Lalu atur Jam dan tanggal pengingat, serta periode pengulangan. Bukan Cuma itu, kamu bisa memasukkan daftar kegiatan dengan cara ini.

Tampilkan kotak centang, dan untuk selanjutnya kamu bisa  memasukkan tugas kamu seperti ini.

Kalau sudah kamu bisa menutup catatan kamu. Simpel bukan?

3. Organisir Buah Pikiran Dengan Google Keep

Kamu bisa mengelompokkan isi kepala kamu dengan fitur Label.

Pilih edit label di sebelah kiri.

Lalu kamu bisa edit label yang sudah ada atau membuat label baru.

Tips        : Gunakan Nomor angka atau nomor daftar di depan agar kamu tidak kesulitan untuk membuat nama bab, atau memisahkan antara dunia menulis kamu dengan dunia nyata (kehidupan) kamu.

Misalkan, aku mengelompokkan isi wattpad dengan nomor berikut 6:

Maka aku bisa menulis isi wattpadku dengan nomor 6a, 6b, 6c, dst.

Hal ini sama juga untuk aspek kehidupan yang lain. Kamu tetap bisa membuat nomor di bawahnya.

Kemudian , kamu dapat menambahkan label di catatan kamu dengan cara membuat tagar. Misal aku akan memasukkan daftar kegiatan ke To Do List, maka aku tinggal menulis #todolist dan nantinya google keep akan menyarankanku untuk menambah label di To Do List

Kamu juga bisa menambahkan label dengan Memilih menu berikut:

Tinggal pilih deh kamu mau label apa saja…


Nah, itu tadi adalah cara-cara untuk merapikan isi pikiran kamu dengan Google Keep. Ternyata banyak fungsi google keep yang bisa kita terapkan untuk kehidupan.

Dengan membiasakan menata isi kepala dengan Google Keep, kamu jadi lebih terbiasa mengelola pikiran kamu, dan nantinya tulisan kamu akan lebih rapi dan terarah.

Selamat mencoba 😊

#30DWC #30DWCJilid39 #Day2

Menemukan Makna Kehidupan Melalui Tulisan

“Kematianku tak lebih dari seperti saat seorang penyair menuliskan tanda titik pada akhir kalimat sajaknya.”

Leila S. Chudori dalam Laut Bercerita

Aku mengangkat kutipan ini dari novel Laut Bercerita, novel favoritku. Bukan hanya pengarang, gaya penulisan, ataupun tokoh-tokohnya yang membuatku jatuh cinta. Aku juga jatuh cinta pada kutipan-kutipan yang antik, yang tersebar di seluruh halaman novel.

Membicarakan kehidupan, kamu dan aku sepakat bahwa ada kematian.

Jika hidup ini adalah kumpulan sajak, maka kematian adalah tanda titik dengan baris-baris kosong yang mengikutinya.

Jika kita hidup untuk berkarya, maka ketika kita mati, tidak ada lagi karya-karya kita.

Dengan berkarya, orang-orang di dunia ini akan mengenal nama kita, setidaknya untuk beberapa lama. Lain halnya sang legenda, yang namanya tetap hidup di sepanjang usia. Tetapi tanpa perlu menjadi sang legenda, kamu tetap istimewa.

Iya, kamu istimewa :). Itulah sebabnya kamu dilahirkan ke dunia, sebagai manusia.

Kita tidak dilahirkan ke dunia karena kita telah memiliki jasa atau berharga di mata orang tua. Justru kita menjadi berharga, karena kita dilahirkan ke dunia sebagai manusia.

Sebagai manusia, aku menghargai makna kehidupan secara utuh, lewat jalan menulis. Bagiku menulis adalah sarana pengembangan diri yang murah, bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, serta tahapannya dapat dimonitor secara berkala.

Aku akan membagikan pemikiranku, bagaimana aku menemukan dan menghargai makna kehidupan lewat tulisan. Yuk, kita diskusi sejenak lewat beberapa baris buah pikiranku.

Menulis Berarti Mengukir Sejarah

Kamu pasti punya tulisan. Baik itu puisi, prosa, kutipan, resensi buku, ataupun hanya sekadar curhat ceria di media sosial. Instagram, Facebook, atau Twitter mungkin.

Tulisan-tulisan ini adalah bukti sejarah hidupmu. Sadari bahwa dalam hidupmu ada sejumlah kisah. Baik itu kisah senang, sedih, kecewa, marah, atau takut. Dengan menyadari hidupmu yang telah mengalami banyak peristiwa, kamu juga ikut sadar bahwa kamulah sang pelaku sejarah.

Sejarah mana yang akan kamu bagikan? Itu adalah pilihanmu.

Apakah kamu akan terus-terusan membagikan semua tentang dirimu, dan mengalihkan fungsi media sosial menjadi buku harian digital yang dapat dibaca oleh banyak orang? Atau kamu mau membuat tulisan yang menginspirasi banyak orang?

Nah, selagi kamu memikirkannya, aku akan membagikan sedikit mengenai diriku.

Bagiku, menulis artinya mengukir sejarah. Ketika aku meninggalkan tulisanku di media apapun, orang menyadari bahwa aku hidup.

Ketika aku membagikan tulisanku, orang lain menyadari bahwa aku benar-benar ada di dunia.

Bukan hanya itu, ketika aku mellihat postinganku terdahulu, aku dapat melihat diriku dari waktu-ke-waktu. Aku bisa menerawang jauh ke bagian masa laluku, bisa melihat seberapa jauh perbedaanku dengan aku yang dulu.

Kamu sendiri bagaimana? Sebagai pelaku sejarah apakah kamu telah meninggalkan banyak kisah dalam media digital? Atau kamu sudah melihat perbedaanmu dengan kamu yang dulu?

Tulisan Memberi Dampak Bagi Banyak Orang

Saat aku menulis dan membagikan tulisanku, aku merasakan dampak bagi orang-orang di sekitarku.

Kita mulai dari dampak negatif dulu. Saat aku membagikan keluhan terhadap sesuatu, atau membagikan ujaran kebencian, maka orang-orang di sekitarku akan terpengaruh. Mereka menjadi ikut mengeluh, prihatin, atau bahkan marah.

Tetapi bila aku membagikan hal-hal yang menyemangati orang lain, motivasi hidup, atau lelucon ringan, orang-orang akan menjadi lebih positif. Mereka tidak hanya merasa bahwa aku adalah orang yang berkepribadian baik, namun juga bisa ikut termotivasi dengan apa yang aku bagikan.

Kamu sendiri bagaimana? Apakah media sosialmu sudah memberi dampak bagi orang lain? Apakah kamu hanya sekadar mengeluh dan membuat orang lain ikut-ikutan mengeluh? Atau kamu mau mengubah dunia menjadi lebih baik lewat tulisanmu?

Menulis Membantumu Menyembuhkan

Sadar atau tidak, kita hidup membawa luka-luka.

Entah itu di dalam pekerjaan, keluarga, atau hubungan asmara, kamu pasti pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.

Saat aku membaca salah satu akun Twitter, aku melihat pesan berikut:

Saat kita ingin menyembuhkan luka, pahami dulu bagian mana yang harus disembuhkan.

– N.N

Luka fisik, luka batin, prinsipnya hampir sama. Bila kita ingin menyembuhkan luka, kita harus tahu letak luka tersebut di mana. Dengan begitu kita mengetahui cara menyembuhkannya.

Beberapa orang tidak bisa menyembuhkan luka mereka karena mereka tidak tahu letak luka mereka di mana. Apa yang menyebabkan, dan pengalaman apa yang melahirkan luka mereka.

Hai kamu, yang mungkin sedang terluka atau pernah terluka. Yuk rehat sejenak. Sadari bahwa kita hanyalah manusia. Kita boleh merasa rapuh dan lemah.

Kamu bisa mengambil penamu dan mulai menulis di atas kertas. Atau kamu juga bisa memanfaatkan sarana digital seperti HP, komputer, laptop, untuk membantumu memeriksa isi hati.

Lewat tulisan, kamu bisa memeriksa apa yang salah dalam dirimu. Kamu bisa menanyakan ke dirimu mengapa kamu merasa sedih, mengapa kamu merasa kecewa atau marah.

Kamu tetap bisa, lho menjadi dirimu sendiri saat menulis. Karena saat kamu menulis, hanya ada kamu dan dirimu. Tidak ada yang akan menghakimi atau mengomentari kamu.

Teknik ini disebut Journaling. Aku sendiri sering melakukannya. Saat-saat journaling adalah saat-saat paling mengharukan. Mungkin kamu akan menangis juga, sama sepertiku.

Mengapa menulis untuk kesembuhan sangat penting?

Karena hidup ini hanya sekali. Untuk bisa bangkit dan keluar dari situasi terpuruk kita memerlukan suatu keberanian. Dengan begitu, kita bisa sembuh dari luka-luka dan kita bisa menghargai makna kehidupan sejati.


Nah, tiga hal di atasadalah caraku untuk menemukan makna kehidupan melalui tulisan. Kamu dapat menemukan juga hidumpu yang kaya makna dengan menjawab tiga pertanyaan ini:

  1. Dengan menulis dan mengunggah tulisan kamu ke media sosial, kamu menyadari dirimu sebagai elemen yang tak terpisahkan dari sejarah. Sejarah mana yang akan kamu ceritakan atau kamu tulis?
  2. Dengan menulis di media sosial kamu telah memberi dampak bagi orang yang membaca tulisanmu. Dampak seperti apa yang akan kamu bagikan?
  3. Dengan menulis di buku harian atau catatan kamu, kamu bisa memeriksa dirimu dan menemukan luka-luka yang tersamar. Apakah kamu berani bangkit untuk sembuh dari luka-luka itu dan menghargai kehidupan lebih dari sebelumnya?

Sebelum aku mengakhiri tulisanku, aku mau memberikan kutipan spesial untukmu:

Hidup ini singkat. Sayang bila kita tidak memanfaatkan hari ini untuk mengukir sejarah, untuk memberi dampak, dan untuk sembuh dari luka-luka masa lalu.

Damar Parthasiwi

Yuk, sama-sama kita belajar untuk menghargai makna kehidupan lewat tulisan 😊

#30DWC #30DWCJilid39 #Day1