Pak Luhut wannabe di tanah Indesso

Luhut Binsar Panjaitan disingkat LBP
Apakah LDP kepanjangannya Luhut Dinsar Panjaitan?

Ternyata tidak begitu 😁. Kode inisial saya di perusahaan adalah LDP, atau kepanjangannya Laurentius Damar Parthasiwi (nama lengkap saya).

Well, jujur bagi saya punya inisial itu suatu hal yang keren banget, karena nama inisial saya bisa sependek kode mata uang seperti IDR atau JPY. Penasaran kenapa tidak empat huruf saja ya seperti kode saham 🤔🤔 (misal LDPS = Leksadana Pasal Saham … maksa😑)

Namun, sebagus-bagusnya nama tetap saja ada plesetannya.
Ada yang menyebut saya LDR lah,
ada yang nyebut saya LBP lah.
Lho kok jadi pak Luhut beneran? 😁

Dari sinilah ilham terhadap nilai hidup dimulai

Mirip sifat dengan pak Luhut, hanya beda nasib

Pak Luhut terkenal sebagai orang yang expert / Ahli di segala bidang… atau disebut sang Expert Generalist, seperti Elon Musk atau Steve Jobs.

Walau demikian, saya masih jauh dari kata “expert generalist.” Mungkin saya lebih pantas disebut “expert generalist someday” atau “expert generalist wannabe”. Mungkin saya baru layak dipanggil “kroco generalist.”

Pak Luhut menteri segala urusan, pak Damar engineer segala urusan

Dalam prakteknya, pak Luhut banyak memegang project dan program kerja di era bapak Jokowi selaku presiden. Sampai ada yang nyinyir “apa apa pak Luhut”. Atau seperti ini “pak Luhut adalah menteri segala urusan”

Dalam kenyataan di politik perusahaan, mungkim saya bisa jadi salah satu orang yang dilibatkan dalam Hot Issue perusahaan. Hal yang saya yakini benar adalah ketika ada pabrik baru berdiri, saya dilibatkan dan menangani proses di situ (menangani, tak selalu menyelesaikan).

Mulai dari menjalani pekerjaan commissioning engineer, shift supervisor, project engineer, maintenance engineer, instrument engineer, hingga utility Engineer, semuanya dilibatkan. Saya pernah memegang project penurunan COD dan treatment air sumur menjadi air bersih, membuat rencana program SCADA, dan menjalankan aktivitas produksi saat commissioning, di hari yang bersamaan.

Suka belajar banyak bidang

Ketika saya diberikan banyak bidang dan banyak pekerjaan, saya selalu terima dulu apa adanya. Perkara saya bisa menyelesaikannya atau tidak, salah atau benar, itu urusan nanti. Yang jelas saya hampir tidak pernah menolak.

Yang mendasari hal tersebut adalah, karena saya suka belajar dan selalu ingin belajar. Ini membuat saya cepat dimutasi ke banyak project dan bidang-bidang yang baru.

Keterusan jadi generalis di luar pekerjaan

Sayapun masih suka belajar banyak bidang setiap harinya. Sepulang kerja, yang saya buka adalah laptop. Mulai dari menguasai programmimg skill, management consulting, social media management, hingga copywriting dan content writing skill, saya akan terus semangat buat menimba ilmu dan ekspansi bidang pekerjaan serta keahlian.

Expert generalist wannabe

Saya ingin menjadi seorang generalis ahli. Bukan jack of all trades yang jago banyak hal, namun tidak ada yang dikuasai mendalam. Di sini saya ingin aspek-aspek yang saya pelajari saya samaratakan

Sama jagonya
Sama dalamnya
Dan sama kualitasnya

Siapakah aku?

Akulah “pak Luhut” versi pabrik ini.

Orang yang mengerjakan dan menguasai lini produksi, pabrik demi pabrik, proses demi proses.
Engineer yang menaungi sudut-sudut utilitas dengan usulan dan perbaikan air dan air limbah.
Pria yang mengamati kinerja mesin dan memberi rekomendasi apabila ada perbaikan.
Hamba atasan yang merancang sebagian, mengimprovisasi sedikit, dan menjalankan pabrik kimia yang berdiri di Indesso.

Dan akulah Laurentius Damar Parthasiwi, yang akan menjadi generalis ahli seperti pak Luhut Binsar Panjaitan.

Commissioning Plant Ungaran, Vanillin bersemi di bumi Jateng. – bagian 1

Ungaran oh ungaran
Nama yang sudah kudengar dari bulan September 2022
Namun baru bisa kujajaki setahun kemudian

Ungaran, satu pabrik seribu tangki
Seribu tangki. Asal tak digarap dalam semalam saja, atau nantinya akan menjadi Bandung Bondowoso versi pabrik kimia -_-

Apa yang membuatku ke Ungaran

Setelah pindah dari “Rumah ke Rumah” ala Hindia, err… maksudku “Pabrik ke Pabrik”. Di sinilah aku menjadi diriku yang apa adanya

Tenang, damai, bersama orang orang sefrekuensi.
Tentu saja, yang membuatku ke sini adalah pilihanku sendiri. Saat aku ditanya, penempatanku mau di mana, aku diminta untuk memilih, antara Plant Cileungsi dan Plant Ungaran

Lalu jawabanku adalah… Ungaran Plant!
Wow!

Bagaimana mungkin aku memilih suatu pabrik yang besar, alatnya banyak, teknologinya baru, tidak ada senior yunior, dan masih berupa proyek rintisan?

Apakah aku bodoh atau gila?
Tentu saja tidak karena aku ingin…

Menggali portofolio Chemical Engineer di bumi Jawa, Ungaran

Apalagi kalo bukan menggali ekspertise di Tanah Jawa? Tentu saja, dengan menjadi ahli commissioning, saya menambah satu skill dan satu portfolio saya di Pulau Jawa ini. Yaitu Commissioning

Berkarir dekat kampung halaman, menakhlukkan hidup profesi yang selama ini dijalani… tentu itu akan membuatku hidup kembali.

Aku tidak sendirian karena aku..

Bersama dengan rekan alumniku di sini

Yup, bersama Pak Aksa, Pak Anton ,Pak Cipto, Pak Taukhid dan yang mulia Bapak Effendi, kami selaku alumni kampus tertua di Sleman, membangun kejayaan nusantara di sektor Industri Kimia.

Aku sebagai Production Enginer (dan utility engineer) dan mas Anton sebagai Kepala segala bagian (mulai dari bagian security, bagian pertamanan, bagian Project. Hingga produksi sepetti aku) , kita membangun pabrik ini lebih baik lagi.
Karena kami punya visi

Membangun kejayaan teknik kimia di tanah jawa

Tangki-tangki yang tegak berdiri,
Pipa panjang yang melintang
Rona warna serta aneka rupa besi dingin itu…

Itu lebih dari sekedar monumen perusahaan dan tugu kenangan perjuangan para bapak pendiri.

Itu adalah kejayaan profesi serta manifestasi dari buah buah ilmu yang didapat selama 4 tahun kuliah dan x tahun pengalaman kerja.

Di sini kami berada
Di sini juga kami berjaya
Dan di sini kisah kami bermula

Bersambung ke bagian 2

7 Aspek Commissioning yang terpenting

Saat commissioning adalah saat saat paling critical dalam melakukan operasi pabrik. Pasalnya, commissioning adalah sarana menentukan arah dan memetakan potensi pabrik. Di sini aku akan sharing hal-hal yang tidak boleh dilupakan saat commissioning

#1. Menyiapkan P and ID yang terbaru dalam commisisoning project

P and ID atau Piping and Instrumentation Diagram, bukan Process Flow Diagram, adalah diagram kompleks dan detail meliputi pipa proses, valve manual, valve automatic, agitator, motor, pompa, vessel, tangki, utilitas, condenser, heater, cooler, dan semua detil proses yang berfungsi untuk menjalankan suatu bagian.

P and ID ini adalah Blueprint atau gambaran detail mengenai bagaimana proses tersebut dibangun.

Dalam implementasinya P and ID ini bisa mengalami revisi hingga berkali-kali. Karena saat instalasi maupun dalam fase peninjauan, seorang Engineer akan mengusulkan koreksi, perbaikan, maupun penghapusan satu atau sebagian elemen dalam proses tersebut.

Pastikan kamu selalu punya P and ID terbaru! Karena jika punyamu tidak update, kamu tidak akan bisa melakukan commissioning tepat waktu, dan tepat sasaran.

Selain itu P and ID ini berfungsi selama proses instalasi. Atau proses pemasangan alat, instrument, pipa, utilitas, maupun motor.

#2. Sudah pasang, jangan lupa lakukan ceklis instalasi project commissioning

Alat-alat yang dipasang berdasarkan P and ID, kemudian harus diceklis, mana yang sudah dan mana yang belum.

Apabila belum dipasang, maka pertanyaan selanjutnya, “Kapan mau dipasang?”

Mungkin terkesan pushy atau demanding, tetapi hal ini untuk menegaskan, apakah bagian ini jadi dipasang atau tidak? Bila tidak, apa alasannya?

Terkadang pabrik yang baru dibangun dengan idealitas, harus berhadapan dengan realitas seperti time-and-cost constrain (Batasan waktu dan biaya). Project harus memenuhi tenggat waktu dan jumlah maksimum biaya.

Apabila tidak jadi dipasang, tentu harus ada perubahan P and ID, dan semua revisi P and ID harus dikomunikasikan kepada personnel terkait: Projects, MEP, dan Commissioning Engineer.

#3. Instrument ‘tlah terkalibrasi frekuensi yang sama, saatnya tuk mengukur proses merangkum datanya

(You sing you lose ya 😁)

Jangan lupa untuk melakukan kalibrasi dari instrumen / alat ukur tersedia. Ini berfungsi untuk menghindari kegagalan proses / sistem yang berdampak ppada accident, atau operability problem.

Suatu tangki pemanas atau bejana penguap (evaporator, distillator), tentu tidak boleh luput dari keandalan sensor suhunya. Di sini, peranan Temperature Transmitter atau alat ukur suhu sangat penting.

Bayangkan, ketika alat ukur suhu rusak, tentu proses pemanasan yang berlangsung akan mengalami malfungsi atau penyimpangan proses. Bayangkan apabila sistem pemanasan dijalankan pada bejana tertutup… tentu akan terjadi overheating dan overpressure.

Itu sebabnya perlu adanya kalibrasi di instrument-instrument berikut:

  • Weighing / Loadcell, yaitu dengan mengkalibrasi bejana tekan dengan air yang sudah ditimbang massa nya
  • Temperature Transmitter / TT, yaitu dengan mengkalibrasi saat suhu atmosfer maupun saat dicelupkan fluida tertentu yang suhunya diketahui, atau menggunakan fluida yang diukur dengan alat referensi seperti thermogun
  • Pressure Transmitter / PT, yaitu dengan mengkalibrasi saat bejana ditekan maupun divacuum.
  • Level Transmitter / LT, yaitu saat bejana diisi cairan 0% hingga 100%.
  • Flow Transmitter / FT, dan Flow Quantifier, yaitu saat pompa atau jalur fluida digunakan untuk mengalirkan fluida cair ke suatu tangki / bejana. Sehingga kuantitas cairan yang dialirkan sama dengan yang diketahui jumlahnya.

#4. Testing… testing… 123… jangan lupa testing fungsi alat saat commissioning

Beberapa alat yang bergerak / berputar (pompa, kompresor, mixer), ataupun sistem pemanasan, pendinginan, sistem udara tekan, dan elemen kecil seperti valve manual dan automatic, harus dicoba satu persatu.

Percobaan ini bisa dilakukan secara parsial / elementer, maupun secara global / overall satu sistem.

Misal, untuk sebuah sistem evaporasi. Awalnya kita bisa mencoba secara parsial pompa transfernya, kemudian mixernya, lalu kita bisa mencoba sistem pemanasan dengan steam, dan pendingin dengan coil / condenser.

Kemudian, saat semua sistem sudah bekerja, kita bisa mencoba keseluruhan sistem secara utuh (overall), yaitu dengan memfungsikan satu bagian utuh. Kita bisa mencobanya seolah-olah kita sedang menjalankan proses.

Adapun, saat melakukan testing gunakan fluida yang murah, mudah didapat, dan risikonya rendah.

Dalam hal ini, cobalah gunakan air bersih.

#5. Interlocks – Agar kamu terhindar dari bahaya yang lebih besar

Pernahkah kamu bayangkan pabrik yang berisi senyawa mudah terbakar dan meledak, kondisi operasi yang ekstrim, maupun kapasitasnya besar, bisa meledak dan menewaskan semua orang di dalamnya?

Jangan dibayangkan, seram dan pastinya mengerikan.

Itu semua tidak akan terjadi ketika kita mengetahui konsep Interlocks dan Passive control.

Emang Interlocks apaan sih?

Interlock adalah suatu keterikatan antarbagian proses di Pabrik Kimia. Dalam hal ini, interlock adalah suatu sistem yang berjalan otomatis berdasarkan logika program untuk menghindarkan kita dari kerusakan alat, kerugian finansial, pencemaran lingkungan, maupun kecelakaan kerja.

Contoh interlock sederhana adalah tandon air otomatis.

Pernahkah kamu memiliki sistem tandon air yang mana ppompanya berjalan otomatis?

Di sini, kamu melihat bahwa ketika air tandon mencapai ketinggian tertentu, pompa air pengisi Tandon akan mati. Bayangkan apabila pompa tidak mati secara otomatis dan mengisi terus… tentu air di Tandon akan tumpah semua, dan air menjadi terbuang. Selain itu, biaya yang dikeluarkan tentu sangat mahal.

Apabila kalian adalah pemilik tandon tersebut, kalian tentu tidak ingin kan kalian kehilangan uang ratusan ribu demi air yang tidak termanfaatkan?

Bayangkan saja kalau air tersebut diganti senyawa berharga Rp 50.o00 per kg. Apabila kalian kehilangan bahan kimia sebanyak 125 kg/jam , dalam waktu 8 jam… tentu kita sudah kehilangan Rp 50.000.000 dalam kurun waktu tersebut. Betapa mahalnya 🙈

#6. “Catatan hati seorang Commissioning Engineer”

Saat commissioning, penting kita untuk mencatat Bank Masalah dan Penyelesaiannya. Di sinilah kita mengenali masalah dan cara melakukan penyelesaiannya. Atau kalau dalam bahasa pabriknya Troubleshooting.

Di sini, kita perlu melakukan pencatatan setiap kali ada kejanggalan, abnormalitas, dan tentunya setiap ada informasi penting yang tidak terdapat di user manual, name plate, atau ilmu dasar yang dipelajari di kuliah.

Jangan lupa untuk mengumpulkan data. Tentu saja data yang dikumpulkan bukan berupa:

  • Berapa jumlah rumput di halaman
  • Berapa jarak dari Pabrik ke pecel lele terdekat
  • Berapa harga gorengan di depan pabrik

Tetapi, yang harus dikumpulkan adalah

  • Berapa debit pompa saat bukaan valve 10%, 50%, atau 100%
  • Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mentransfer 1000 kg cairan A dari tangki B ke tangki C yang jaraknya terpisah 3 lantai
  • Berapa rpm maksimum putaran suatu pompa, mixer, maupun kompresor
  • Berapa komposisi terbaik untuk menjalankan proses yang aman dan tepat sasaran

Jangan tuang angka-angka dalam satu lembar, melainkan buatlah pencatatan terpisah. Saran saya, cobalah untuk melakukan pencatatan berdasarkan Jenis alat/ Proses secara terpisah. Alat-alat tersebut misalkan

  • Heat Exchanger: heating and cooling curve, waktu pemanasan, waktu pendinginan, LMTD,
  • Reactor: komposisi, kapasitas, rpm, pompa sirkulasi, bukaan valve
  • Pompa; waktu transfer tiap-tiap cairan
  • Kompresor: maksimum RPM
  • Alat vacuum: maksimum kedalaman vacuum yang bisa dicapai, lama penurunan tekanan (differential Pressure per jamnya)
  • Alat-alat pemisahan fasa: Extractor, Centrifuge, coalescer, : lama pengendapan dan level interface yang optimum. Faktor yang menghindarkan dari emulsi
  • dst.

Dari kumpulan data inilah kita membuat suatu laporan… sebab laporan yang dibuat, diserahkan atasan yang berkata:

#7. “Laporan commissioning kami terima, laksanakan”

Semua progress, update, dan pencatatan perlu direcord. Tetapi tidak semua record perlu dilaporkan.

Yang paling penting kita melakukan update pekerjaan kita masing-masing.

Dari team project dan MEP, tentu yang dilaporkan adalah day-by-day progress. Atau progress harian yang mengarah kepada completion / kesempurnaan.

Dari team produksi dan commissioning, yang dilaporkan adalah list pengecekan dan testing alat-alat industri.

Update pekerjaan ini bukan sembarangan update angka dan kalimat. Melainkan bentuk pertanggungjawaban kita kepada atasan. Di sinilah kita menuliskan pekerjaan apa saja yang dilakukan selama satu minggu dan hasil dari pekerjaan tersebut. Ini dilakukan untuk membuktikan profesionalitas kita dalam bekerja, sehingga atasan juga mengerti apa yang kita kerjakan tanpa harus melihat dan turun langsung.


Commissioning bukanlah tugas negara sangat rahasia, ataupun tanggung jawab segambreng yang mengerikan dan merepotkan. Commissioning adalah “pesta” dan “hajatan” dari lahirnya sebuah proses kimia baru, maupun existing yang disempurnakan. Commissioning adalah sarana kita untuk menggali ilmu, pengalaman, dan expertise bidang keahlian Teknik, baik itu Sipil, Mesin, Kimia, Elektro, dan Instrumentasi, maupun Lingkungan.

Commissioning juga berarti hajatan pabrik. Karena di saat itulah ada tumpeng, nasi box, dan minuman dingin

Hehehe… bercanda.

Commissioning adalah hajatan nya pabrik karena di sinilah keluar banyak biaya, banyak pengorbanan, banyak peristiwa membantu dan dibantu, hingga pada akhirnya suatu proses dan tujuan manufaktur yang diidam-idamkan bisa lahir, bersemi, dan tentunya berkembang di suatu perusahaan.

Ingin tahu lebih banyak soal Commissioning? ikuti terus artikel-artikel Production Engineerku ya 🙂

Commissioning Kedua, Crude Nicotine Kemutug

Commissioning kali ini terasa berbeda! Amat berbeda.
Kukira, dengan sudah berpengalaman di plant sebelumnya, aku akan lebih jago dan setidaknya lebih punya gambaran terkait apa yang kulakukan.

Tidak semudah itu, ferguso. Aku salah. Salah besar.

Apa yang membedakan?

Pada kesempatan ini, terdapat New Equipment dan New Process, sementara di plant sebelumnya sudah terdapat Existing Process.

Apa itu Existing process dan New Process

Existing process adalah proses kimia yang sudah didirikan di pabrik pendahulunya, dan hanya dibedakan ukuran alat dan kapasitas.
Sementara new process adalah proses kimia yang baru saja didirikan di pabrik, dan tidak memiliki standar pembanding di dalam maupun diluar perusahaan.

Lebih susah mana new process dan existing process?

Tentu saja New Process. Karena di sini tidak ada referensi proses, tidak ada senior, tidak ada informasi yang cukup, dan tidak ada ilmunya di perkuliahan.

Apakah new process lebih baik daripada existing process?

Harusnya iya! Karena tujuan dari new process adalah, mengimprovisasi proses yang sudah berdiri, baik dari segi biaya proses, kapasitas, maupun rendemen.

Dalam konteks belajar, new process juga lebih baik daripada existing process, karena di sinilah kita bisa belajar, menggali pengalaman, dan menjadi expert. Para pakar dan profesional membangun ilmu mereka setiap kali bertemu proses baru.

Apalagi commissioning new process, itu semakin membuat kita makin jago dalam menjadi Chemical Engineers.

Tantangan terbesar di commissioning ini?

Adapun pabrik yang secara aktual hanya bisa beroperasi sebesar 3 ton bahan baku per hari, kini dituntut untuk 6 ton bahan baku per hari. Bukan cuma itu, pabrik ini dituntut menghasilkan 1800 kg produk per bulan.

Pabrik ini baru, dengan demikian tidak ada senior, tidak ada junior dalam konteks proses yang berlangsung. Semua orang belajar dan semua saling melengkapi, untuk bersama-sama menggapai target 6 ton per hari. Target yang bisa dibilang … super dan benar-benar gila…

Kami bahkan pernah bekerja hingga jam 5 pagi, demi mengetahui seluk beluk proses ini.

Apakah saya menyerah?

Benar, akupun sempat menyerah dan mengalami …

Desperate moments?

Aku pernah hampir kehilangan semangat dan motivasi ke kantor, aku takut tidak bisa perform, dan aku juga takut dianggap tidak becus dalam bekerja.

Sampai-sampai aku pernah bunuh diri.

Iya, bunuh diri, di angan dan di pikiran.

Tapi tentu saja, karena aku mencoba untuk bertanya dalam diriku…

Bagaimana cara aku menyelesaikan permasalahan di commissioning?

Aku tahu aku tidak sendirian. Karena aku bersama dengan 1 orang operator yang cerdas dan 2 orang tenaga bantu, ditambah 1 orang kepala bagian. Terkadang ketika solusi itu tidak ada di kepalaku, solusi bisa ada di kepala orang lain dan di saat itulah aku berkembang sepenuhnya.

Di sinilah aku menghayati teamwork, dan di sini juga aku menghargai sekecil apapun jerih payah dan usaha orang lain. Aku tidak meremehkan bawahan atau atasan. Siapapun, aku tetap hargai peranan dan tugas mereka.

Hal positif apa yang kupelajari dari Commisioning Plant Kemutug?

Kemutug mengajari saya kesabaran, yaitu saat aku harus menunggu proses yang lama, sekitar 8 jam satu siklus, dan harus diamati dalam tiga siklus tersebut.

Kemutug mengajari saya untuk ikhlas, karena saat itulah saya mengalami lembur tidak dibayar :”). Loyalitas saya diuji selaku Production engineer aka Supervisor Grade 9..

Kemutug juga mengajari saya persaudaraan, karena selain sebagai rekan kerja saya juga menganggap mereka saudara. Di saat mereka berduka, saya ikut bersedih. Di saat mereka berbahagia, saya ikut berbahagia. Dan di saat kami tertawa bersama, kami tertawa dengan leluasa.

Kemutug mengajari saya untuk tidak menjadi pendendam. Kalau diingat-ingat lagi, sudah banyak sekali lelucon yang mungkin menyakiti hati atau membuat pikiran terbebani. Tetapi, semua itu tidak membuat hati saya down. Malah saya ikut tertawa dan bercanda dengan mereka.

Dan kemutug mengajari saya technical skills dalam mengoperasikan sistem filtrasi, manajemen air limbah, serta membuat larutan homogen dari campuran cair-padatan. Di antara itu semua, saya cenderung merasa technical skills adalah bonus selama saya bekerja, karena saya cenderung menggali interpersonal skills saya dalam dunia karir.

In the end…

It doesn’t even matter eh salah,

Saya mendapatkan makna pekerjaan dalam tujuh bulan saya mengoperasikan plant Kemutug. Selain sebuah sistem filtrasi dan ekstraksi, saya juga mempelajari ragam manusia yang unik, yang ngeselin, yang penyayang, yang care, yang acuh, yang pendiem, sampe yang paling berkesan dalam hidup saya.

Semua itu adalah sup kehidupan yang boleh saya nikmati dan saya hirup kuahnya dalam perjalanan jiwa ini.

Commissioning Pertama, Essentials Oil Baturraden

Membayangkan commissioning seperti apa, tentu saya masih buta.
Namun siapa sangka, hari itu menghantarkan saya pada semuanya.

Commissioning plant Baturraden, yang mana merupakan pabrik Essential Oils primer, langsung dari minyak suling yang berada di alam.

Apa saja plant yang di-commissioning kan?

Aku melakukan commissioning plant Fraksinasi Caryophyllene dan Eugenol, Minyak Washed Terpene, Crude Caryophyllene, Patchoulli Oil, dan Crude Eugenol.

Semua dilakukan dalam kurun waktu 9 bulan (Oktober 2022-Juni 2023).

Bagaimana rasanya ?

Awal mula terasa bingung. Karena tidak semua proses yang saya kenali benar-benar saya mengerti. Awalnya semua nampak asing dan masih di luar dari ranah pengetahuan saya. Tetapi setelah hari demi hari menggali rasa keingintahuan dan rasa penasaranku, kini waktunya aku untuk menggali dan mencari tahu.

Pada akhirnya di balik kesulitan ada kemudahan. Dan dari kesulitan itulah aku berkembang. Aku putuskan untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaan, dan mencari kebenaran dari setiap penyimpangan.

Siapa yang menemaniku belajar Commissioning?

Namanya Pak Sucipto. Beliau adalah atasanku. Beliau mengajariku banyak hal soal proses, soal commissioning, soal jam terbang beliau di Plant Vanillin. Bahkan beliaulah yang membuat saya jatuh cinta pada ilmu teknik kimia di bidang Process Optimization.

Pengalaman apa yang menarik?

Banyak hal!

Terutama, saat saya dan Pak Sucipto melawan hujan (bukan badai menggelora, hanya gerimis biasa). Kami berdua naik kolom setinggi 18 m di atas permukaan tanah tsb, dan menuju puncak, mencari kebocoran. Pada akhirnya kami bisa menemukannya, tentu saja dengan backingan Pak Cipto.

Ada lagi terkait pompa dan jalur Asam sulfat yang bocor. Kala itu, di malam hari, saya mendampingi team saya untuk mengepel lantai. Kami melakukannya hingga larut dan akhirnya membereskan ceceran. Hingga masalah ini selesai dengan perbaikan material (double PVC dan teflon).

Ada lagi terkait “Minyak yang gosong” karena terlalu banyak asam yang saya tambahkan. Kala itu saya tidak sabaran dan menambahkan asam dengan jumlah maksimal. Setelah itu, saya mendapati bagian bawah tangki gosong, dan asam berwarna biru. Ini adalah efek dari logam yang tergerus asam.

Pernah juga aku menumpahkan minyak akibat hose plastic yang tidak disangga dengan tali, sehingga sekitar 20 L minyak tumpah… ke bawah. (Tentu team operator yang menyaksikannya terbelalak dan ikut kesal). Tetapi saya sendiri sudah minta maaf agar keadaan tidak semakin parah.

Masih banyak sekali :). Aku yakin suatu saat aku akan menambah listku.

Key takeaway?

Commissioning adalah jalan / sarana teman-teman untuk bisa belajar dan bekerja bersamaan. Karena setelah produksi berjalan normal, kesempatan belajar kita akan lebih sedikit dan kita tidak mendapat pengalaman sama seperti kita melakukan commissioning.

Banyak masalah yang muncul, namun saya tidak anggap masalah tersebut hal yang menyulitkan. Justru dalam kesulitan itu, timbul kemudahan dari orang-orang terdekat: Pak Cipto, Pak Arfan, Pak Niga, Pak Nicho, atau Pak Andri dan segenap tim.

Saya rasa, ini adalah permulaan yang baik di mana saya mengenal industri kimia secara jelas 🙂
Mungkin cerita ini akan dapat saya kenang suatu hari nanti di masa depan, untuk diceritakan dan dibagikan ke anak cucu.

Sampai jumpa di cerita commissioning yang lain!

Commissioning – Menuju produksi mandiri

Halo teman-teman semua!
Di artikel sebelumnya kita sudah mempelajari mengenai Apa itu Commissioning, mengapa commissioning diperlukan, dan apa saja tahapan-tahapan commissioning.

Kita harus tahu dulu, sampai kapan tugas Production Engineer / Process Engineer / Commissioning Engineer dilaksanakan. Yang jelas, bukan bekerja dan main tinggal, melainkan sampai pihak produksi bisa bekerja secara mandiri.

Apa bedanya artikel ini dengan part 1?

Jelas beda! Di sini kamu akan belajar Bagaimana Pabrik bisa Memproduksi Bahan yang diinginkan dengan kapasitas dan spesifikasi yang sesuai. Di Part 1 kamu hanya mempelajari Bagaimana seluruh proses pabrik bisa Jalan dari yang tadinya cuma bongkahan besi berdiri tegak.

Apa aja sih yang dipelajari di sini?

Yuk kita lanjut ke penjelasan…

Mengenal standardisasi proses

Apasih standardisasi proses itu?

Standardisasi proses adalah upaya untuk menetapkan prosedur operasi, kuantitas bahan, set point, dan cara-cara spesifik melakukan handling produksi hingga didapat spesifikasi produk yang diinginkan.

Bahasa gampangnya, membuat resep rahasia.

Temen-temen coba deh bayangkan, kenapa dari sekian banyak tukang nasi goreng, rasanya bisa beda-beda

Kenapa ya emangnya?

Bahasa gampangnya, karena bahan baku dan prosesnya beda-beda, sehingga rasa dan bentuknya pun berbeda.

Tapi coba kalian datang ke salah satu tukang nasi goreng langganan kalian, yang mana penjualnya masih sama dengan yang 1 tahun lalu kalian datangi. Apakah rasanya bisa berbeda-beda?

Kemungkinan besar tidak. Itulah yang diharapkan dari standardisasi proses.

Produk yang standar, berasal dari bahan baku yang standar dan proses yang standar pula. Dengan menjaga semua parameter berada pada rentang yang kita inginkan, atau fixed value, kita bisa mendapatkan produk yang kita inginkan.

Bagaimana cara membuat standardisasi proses di Commissioning?

Untuk proses yang sudah ada (Existing)

Pastikan teman-teman memiliki semua kondisi operasi, suhu, tekanan, dan komposisi mixingan di tiap-tiap alat. Dan ini bisa diterapkan di plant baru teman-teman.

Untuk proses yang baru merintis (New Process)

Teman-teman harus mengetahui dulu karakteristik alat proses. Bisa dengan literature review maupun dengan eksplorasi alat. Tumbuhkan pertanyaan “What ifs” dalam diri teman-teman, dan kumpulkan setiap datanya. Di sinilah proses belajar dimulai dan teman-teman harus mengumpulkan pengalaman dalam menjalankannya.

Pengalaman ini bisa 1 hari, 1 minggu, 1 bulan bahkan 1 tahun. Yang jelas, teman-teman harus yakin dan percaya, bahwa di setiap kesalahan, ada pembelajaran. Pembelajaran itu yang menjadikan diri kita siap.

Langkah-langkah memulai commissioning product

Mulailah dengan sebuah Batchsheet

Di sini teman-teman bisa menyiapkan batchseet / IK/ SOP produksi teman-teman, sehingga kalian bisa melakukan produksi dengan aman, lancar, dan tepat sasaran.

IK dimulai dengan versi kompleksnya / rinci, yaitu:

  • Berikan urutan jelas tentang suatu pekerjaan.
  • Apabila ada valve manual, cobalah untuk mendetilkan lokasi valve dan nomornya, bila perlu gambar ilustrasinya
  • Jelaskan maksud dari program yang dibuat, manual maupun auto

Bagaimana kalau proses yang dijalankan baru, dan batchsheet nya tidak ada?

Teman-teman bisa menyediakan skenario pelaksanaan yang tentunya dikawal oleh Senior Engineer atau Production Manager. Bila proses didirikan oleh vendor, teman-teman bisa meminta Technical Service Engineer untuk mendampingi kalian. Kalian bisa minta dibimbing dan dijelaskan secara clear semua tahapan dan prosesnya.

Laksanakan batchsheet yang sudah dibuat

Ketika teman-teman membuat batchseet, tentu teman-teman belum memikirkan satu atau dua hal detail yang muncul saat menghadapi permasalahan di lapangan. Teman-teman bisa menambahkannya seiring berjalannya proses commissioning.

Batchsheet yang sudah ada dan direvisi berkala, dijalankan bersamaan dengan Operator dan Supervisor. Di sini, mereka harus mengetahui setiap detail proses yang berjalan. Jangan sampai mereka hanya menjalankan, tanpa tahu apa yang harus dikerjakan.

Catat semua kondisi operasi, spesifikasi produk, dan kejanggalan yang muncul selama proses produksi.

Pastikan bahwa yang mencatat adalah personnel operasi (Operator), sehingga supervisor dan Process Engineer bisa memberikan rekomendasi perbaikan.

Evaluasi Pelaksanaan Commissioning

Pada bagian ini, teman-teman mengevaluasi hasil batchsheet yang sudah dikerjakan. Evaluasi terbagi atas tiga aspek:

Evaluasi Kapasitas

Lead time adalah waktu dilaksanakannya proses. Ini ada hubungannya dengan Kapasitas produksi, sehingga produksi dapat berjalan dengan design intent, dan pada waktu yang ditargetkan.

Evaluasi lead time, didasarkan atas bahan baku yang masuk dibagi dengan lama waktu jalannya proses. Untuk proses-proses baru, lead time mungkin tidak sebagus proses lama. Apabila proses yang dijalankan adalah proses Existing maka lead time proses harus sama dengan atau lebih singkat dari proses existing.

Bila lead time proses teman-teman terlalu lama, evaluasi kembali

  • Apakah komponen proses yang berkontribusi terhadap lamanya lead time proses (Reaksi , Transfer, Pengendapan, pemisahan, pendinginan, pemansan, dst)
  • Mengapa lead time proses tersebut lama? Apakah sejak awal lambat, atau berangsur-angsur melambat?
  • Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap lamanya lead time? Apakah faktor utilitas? Apakah bahan baku? Apakah performa alat?

Evaluasi Yield / Rendemen

Yield / Rendemen adalah jumlah produk yang dihasilkan terhadap bahan baku yang dimasukkan. Adapun Yield ini dihitung berdasarkan basis massa produk / massa bahan baku termasuk impurities di dalamnya.

Apakah Yield proses sudah sama dengan existing?

Jika sudah sama atau lebih tinggi, itu baik. Namun apabila lebih rendah, maka harus dievaluasi.

Potensi Yield rendah , adalah sebagai berikut:

  1. Periksa kembali bahan baku. apabila bahan baku proses yang digunakan tidak standard, maka Yield akan berubah-ubah, dan lebih parah lagi akan mengalami penurunan
  2. Periksa reaksi, apakah reaksi terjadi secara tepat? Apakah konversi reaksi sudah standard dengan hasil yang didapatkan?
  3. Periksa proses pemisahan. Apakah ekstraksi berjalan dengan baik? Apakah settling/ pengendapan berjalan dengan baik? Apakah fraksinasi / destilasi / evaporasi berjalan dengan baik? Apakah interface dari pemisahan dekantasi berjalan dengan baik?
  4. Periksa utilitas. Apakah selama jalannya proses utilitas mengalami gangguan?

Evaluasi Puritas / Kemurnian Produk Akhir

Apakah puritas produk jelek dikarenakan bahan baku yang jelek juga? Atau jangan-jangan di dalam jalannya proses, terdapat impurities yang tidak kita inginkan, seperti

  • Produk samping dari reaksi samping yang tidak dikehendaki
  • Moisture / uap air
  • Solvent yang terbawa
  • Trace elements

Apabila dari segi impuritas tidak ada, apakah effort pemisahan sudah berjalan dengan baik? Performa alat maupun settings parameter yang dijaga dengan baik?

Mengulangi langkah sukses, tidak mengulangi kegagalan commissioning

Kenapa saya gagal? Kenapa juga saya berhasil?
Apabila saya tidak mengetahuinya, bukankah itu sebuah “keberuntungan” semata?

Bagaimana hasil dari pelaksanaan temen-temen? Apakah berhasil?
Jika berhasil, kenapa kira-kira?
Jika gagal / belum berhasil, kenapa juga tuh?

Teman-teman harus membuat evaluasi yang menyeluruh, sehingga teman-teman tahu, what works and what didn’t works. Dengan demikian, teman-teman bisa mencari hubungan sebab akibat.

Hal-hal yang teman-teman rasa baik, dan perlu dipertahankan, dijaga sebagai standardisasi proses baru. Namun, hal-hal yang tidak baik dan malah membuat kegagalan, tidak teman-teman ulangi dan dicatat sebagai pembelajaran.

Di sinilah teman-teman mengulangi Step 2, 3, dan 4 kembali hingga mendapat Spesifikasi produk standar, lead time standar, dan yield standar.

Dokumentasikan Proses Yang teman-teman buat

Apabila teman-teman berhasil membuat krabby patty yang lezaat produk yang sesuai spesifikasi, teman-teman harus mendokumentasikan semua proses produksi secara terperinci. Di sinilah semua standardisasi proses tersebut dijaga, dalam bentuk soft copy maupun hard copy.

Buatlah Instruksi Kerja yang menarik sehingga teman-teman operator dan supervisor bisa menjalankan instruksi kerja tersebut dengan sangat baik di lapangan.

Training personnel sebagai muara akhir dari Commissioning

Lakukan training untuk tim, sehingga mereka mampu mengerjakan proses tersebut secara mandiri, bisa berjalan sendiri, dan tentunya mengerti jalannya proses secara runtut, serta (nilai bonus), mampu melakukan troubleshoot apabila ada masalah.

Selanjutnya apa?

Teman-teman bisa “Lepas Landas” atau menjalankan kembali aktivitas teman-teman sebagai Production Engineer. Teman-teman bisa berkeliling ke Plant plant lain yang membutuhkan, menyelesaikan masalah, dan tentunya membuat laporan yang baik. Di sisi lain, untuk pabrik yang teman-teman sudah commissioningkan,teman-teman bisa “Mengamati dari kejauhan”, dan datang sewaktu-waktu apabila ada masalah dan kesulitan produksi.


Nah, itu tadi adalah cerita, bagaimana agar suatu pabrik yang tadinya siap dioperasikan tanpa tentu arah, menjadi siap berproduksi sesuai standar yang berlaku.

Bagaimana, apakah teman-teman sudah paham?
Yuk diskusi bareng di kolom komentar 🙂

Commissioning Dari Konstruksi Hingga Operasi

Commissioning apaan sih?

Commissioning: diambil dari kata dasar bahasa inggris: Commission yang artinya adalah menjalankan aktivitas pra-produksi dari suatu pabrik kimia.

Selesai masa konstruksi dan sebelum pabrik beroperasi start-up, pabrik harus melalui proses commissioning. Masa ini adalah masa di mana semua peralatan dites, baik secara fungsinya maupun ketahanan nya terhadap air, dan udara.

Penjelasan yang kaku, mari kita bahas secara praktis di lapangan.

Commissioning, adalah masa masa yang paling menyebalkan sekaligus paling memberikan ilmu. Masa ini adalah masa di mana pabrik banyak mengalami masalah, terdapat hal-hal yang di luar dugaan, dan hal yang tidak pernah kita rencanakan.

Kali ini aku akan menceritakan apa saja yang diperlukan saat commissioning dan mengapa hal tersebut sangat diperlukan

Kenapa sih perlu banget commissioning?

Karena, commissioning berguna untuk menentukan cara terbaik untuk mencapai target produksi yang diharapkan baik secara Rendemen maupun Lead time. Sehingga ketika pabrik sudah “lepas landas” dalam hal ini, proses sudah diberikan kepada Shift Supervisor dan operator, pabrik bisa berjalan dengan normal, lancar, dan tentunya mencapai target yang diharapkan

Bahasa gampangnya, commissioning memberikan peta masalah dan solusi secara utuh kepada personel yang mengoperasikannya.

Bayangkan, kalau kamu punya pabrik baru, dan langsung dioperasikan oleh personnel produksi tanpa pengalaman, tanpa pengetahuan, dan tanpa dasar serta Engineering Judgement yang tepat. Pasti operator yang melaksanakan akan kebingungan, tidak memiliki dasar, dan yang paling parah ketika terjadi masalah… tidak ada yang bisa memberikan petunjuk penyelesaian.

Tahapan melakukan commissioning

Habis mengetahui pentingnya melakukan commisisoning, selanjutnya kita perlu mengenali cara-cara / langkah tahapan untuk melakukan commissioning.

Instalasi Peralatan utama, instrument pendukung, dan aksesori peralatan

Ketika kita membeli peralatan, kita bisa mendapatkan satu buah alat utama (misalkan tangki penyimpanan, menara distilasi, atau reaktor), atau satu set peralatan utama lengkap dengan aksesorinya (pipa, valve, dan instrument di dalamnya).

Untuk memastikan apakah peralatan tersebut sudah sesuai atau belum, milikilah P and ID dari proses yang akan dijalankan. Dari sana buatlah daftar yang sistematis mengenai seluruh:

  • Nozzle dan jalur yang tersambung pada peralatan ini!
  • Valve (Manual dan Pneumatic / Control valve) yang digunakan pada peralatan ini
  • Instrument yang digunakan pada peralatan ini
  • Aksesori atau kebutuhan khusus yang dimiliki alat ini (Coil, Jacket, Strainer, Flexible pipe, Isolator)

Setelah semua list didaftar, saatnya melakukan pengecekan di lapangan berdasar daftar yang dibuat. Apabila sudah terpasang, daftar tersebut bisa diceklis, dan apabila belum daftar tersebut bisa dituliskan: mengapa belum dipasang / tidak jadi dipasang.

Pada saat ini, penting bagi Commissioning Engineer untuk dapat berkoordinasi dengan baik ke tim MEP (Mechanical, Electrical and Plumbing) dan installasi, serta kepada Project Engineer yang menggambar P and ID. Dalam pelaksanaannya, akan ada banyak perubahan dan revisi, sehingga penting banget biar kita bisa menjadi pihak yang menengahi semuanya, dan memberikan alternatif solusi terbaik.

Masa instalasi ini juga tergantung Waktu dan Biaya, sehingga penting adanya mengkonsultasikan semua biaya kepada Project Manager / Engineer, sehingga semua proses Commissioning tetap on budget dan on schedule.

Misalkan, ada revisi jalur pipa agar mudah dan nyaman untuk diakses serta digunakan. Namun, tim MEP perlu membeli pipa tambahan dan perlu pengelasan tambahan. Hal ini tentu saja membutuhkan waktu dan biaya tambahan. Juga perlu dipikirkan dengan timeline project, apakah sekiranya commissioning memerlukan jam kerja ekstra (lembur)? Jika ya, tentu biaya lembur akan perlu dibayarkan kepada personnel project.

Bila sudah selesai pemasangan, hal ini bisa dicoba:

Tes fungsional valve aktuator dan manual

Di sini adalah saat saat yang menjemukan sekaligus melelahkan. Karena ada puluhan bahkan ratusan valve yang terdapat di unit proses yang akan di-commissioning.

Semua valve tersebut harus dicoba dan harus dioperasikan. Akan lebih baik jika pihak Operator dilibatkan pada masa percobaan valve ini.

Bayangkan kita tidak mencoba valve-valve produksi, dan saat kita dikejar-kejar untuk segera produksi, ada satu valve yang tidak bisa dibuka, dan sudah telanjur diisi oleh cairan. Tentu semuanya akan sangat repot.

Atau bayangkan saja, jika valve-valve yang di-desain tidak bisa diakses karena ketinggian, kependekan, atau posisinya sangat tidak ergonomis untuk pengoperasian. Tentu pihak operator akan mencak-mencak sambil bersungut-sungut ketika mereka disuruh mengoperasikan valve tersebut.

Semua valve yang sudah dicoba, dan berhasil , perlu dicatat sebagai OK. Dan valve yang tidak bisa dicoba atau sulit dioperasikan, ditandai sebagai Not OK atau bermasalah. Di sinilah pihak MEP ikut memikirkan solusi dari masalah tersebut dan membuat valve-valve tersebut bisa dan lebih mudah dioperasikan.

Beberapa saran terhadap valve-valve yang sulit dioperasikan:

  • Valve diberi tambahan packing / gasket sehingga mudah untuk dibuka dan ditutup
  • Valve diberi vaselin / lube oil sehingga licin saat dioperasikan
  • Baut baut dikendorkan seperlunya

Beberapa saran terhadap valve-valve yang sulit dijangkau karena ketinggian:

  • Penambahan tangga akses portabel / fixed, sehingga valve bisa dijangkau
  • Pemasangan skywalk/platform untuk beberapa valve yang berjajar di tempat yang tinggi
  • Instalasi Extender handwheel sehingga valve bisa diakses dari lantai bawah

Catatan untuk valve aktuator pneumatic:
Valve pneumatic dioperasikan dengan angin. Pastikan pada tekanan angin yang seminimal mungkin, valve bisa tetap membuka. Sehingga ketika tekanan udara jatuh, valve tetap bisa dioperasikan. Selalu test valve-valve bersamaan, sehingga kita tahu jumlah udara yang digunakan pada saat pengoperasian akan selalu tercukupi ketika satu plant membutuhkan udara tekan.

Bila perlu, pasang kompresor tambahan, agar ketika satu kompresor bermasalah, valve masih bisa dioperasikan. Atau ketika tekanan udara kurang, valve tetap bisa dioperasikan.

Hidrotest / Test kebocoran dengan air

Sebelumnya mari kita bertanya dalam hati. Apakah aku yakin bahwa peralatan ini sudah tahan tekanan air dan bebas dari potensi bocor?

Keyakinan itu tentu saja bisa dikuatkan dengan data test dari vendor penyedia peralatan. Namun, itu hanya jika semua flange, jalur, dan aksesori ditutup rapat.

Sekarang, coba bayangkan. Untuk peralatan yang sudah dicoba valvenya, dipasang instrument nya, ditambahi aksesori dan mengalami buka-tutup berulang kali, apakah kalian yakin peralatan itu bebas kebocoran?

Untuk bisa menjawabnya, kita harus melakukan pengisian air. Saat ini kita perlu menguji ketahanan alat apabila diisi dengan air hingga penuh, 50%, atau bahkan hanya 30%. Ini semua tergantung suplai air saat commissioning. Dan ini semua tergantung kapasitas alat. Apabila tangki 100 metrik ton, tentu tidak kita isi dengan tangki sebesar 100 metrik ton, melainkan bisa kita test dengan udara atau air secukupnya.

Tentu saja, pengisian air ini masih ada kaitannya dengan tahap berikutnya, yaitu

Pengecekan fungsional Level Switch, Level Transmitter, dan Loadcell dengan air

Bagaimana kita tahu bahwa skala level yang terbaca pada alat, sudah sama dengan ketinggian cairan di dalam?
Bagaimana kita tahu bahwa Level Switch sudah bekerja?
dan bagaimana kita tahu apakah cairan 1 ton sudah sama dengan bacaan yang tertera pada loadcell?

Semua itu bisa dijawab dengan kalibrasi. Disinilah kita menguji keakuratan alat ukur dan keandalannya. Adapun cairan yang digunakan untuk hidrotest, bisa dilakukan untuk menguji Level Transmitter.

Level terukur di lapangan, kita bandingkan dengan bacaan % dari Level transmitter. Biasanya, level transmitter memiliki beberapa algoritma seperti tekanan hidrostatis, ataupun differential pressure.

Validasi dan verifikasi instrumen juga perlu dilakukan

  • Verifikasi yaitu dengan cara dan langkah yang benar, seperti pengisian air, pengesetan mode alat,
  • Validasi yaitu memastikan angka yang dihasilkan sudah sama dengan target.

Pengetesan flow switch, putaran mixer, putaran pompa, test sirkulasi, dan test transfer fluida air dalam commisisoning

Setelah cairan dalam tangki sudah digunakan untuk pengetesan, flow switch perlu ditest pada masing-masing pompa. Pompa bisa dijalankan, untuk sirkulasi internal ke dalam tangki

Jangan lupa untuk memberi lube oil dan memastikan aksesori pompa sudah komplit.

Setelah itu, mixer juga perlu dilakukan test putaran. APabila mixer menggunakan VSD, sangat penting untuk mengecek speed (rpm) dengan % settingan mixer.

Sesudah semuanya diperiksa, waktunya dilakukan testing transfer fluida air.

Test Fungsional Flow Transmitter dan Flow Quantifier

Setelah melakukan pengetesan putaran pompa, putaran mixer, waktunya melakukan pengetesan dari segi flow transmitter dan flow quantifier.

Apakah benar secara flowrate, dalam 1 jam, terdapat 1000 kg cairan yang ditransfer? Hal ini bisa dilakukan dengan membandingkan selisih level tangki, massa cairan, dan bacaan quantifier. Ini semua perlu dilakukan dengan terstruktur sehingga bacaan flow dapat dipastikan terukur dengan baik.

Pengetesan tekan dengan udara kompresor dan test kevacuuman

Peralatan yang sudah diisi air, dikosongkan, selanjutnya ditest dengan udara tekan. Hal ini untuk memastikan, tidak ada kebocoran (Baik itu tipis maupun kecil) dalam bejana tekan. Ini kaitannya dengan prosedur keselamatan kerja, agar tidak terbentuk flammable atmosphere maupun potensi ledakan dan kebakaran.

Setelah itu, kita perlu melakukan test vacuum. Apakah benar alat yang dipasang mampu mendapatkan tekanan vacuum yang kita inginkan? Berikut caranya melakukan test vacuum.

  1. Tutup semua jalur, flange, yang berhubungan ke atmosfer
  2. Start vacuum pump
  3. Jalankan sampai sejauh mana valve bisa memvacuumkan
  4. Stop vacuum dan isolasi sistim dari atmosfer
  5. Tunggu hingga 4 jam, apakah terjadi penurunan tekanan yang signifikan?

Di sini sangat penting untuk mencatat kevacuuman alat dari waktu ke waktu. Baik saat memvacuumkan atau menahan vacuum. Penting untuk membuat suatu rekap, bagaimana kevacuuman bisa tercapai secepat mungkin.

Dalam test vacuum, pastikan agar vessel kering, bebas air, dan segala bentuk kebocoran sudah dikencangkan dengan tepat. Gunakan sabun untuk memeriksa bagian-bagian yang mengalami kebocoran, sehingga alat dapat beroperasi dengan baik.

Uji fungsi Temperature Pressure Transmitter (PT), Pressure Switch

Dalam upaya melakukan operasi “tekan” dan “vacuum”, jangan lupa untuk memvalidasi tekanan. Pastikan agar tekanan dalam skala analog sama dengan digital. Pastikan kelogisan alat bahwa tekanan di top, bottom, dan middle sudah sesuai dengan gradien tekanan.

Bila perlu, juga dicoba semua interlock yang menggunakan tekanan.

Pengetesan pemanasan untuk kolom distilasi, evaporasi, dan reaktor dengan air

Bagian ini memerlukan utilitas : High pressure steam dan Low pressure steam. Maka dari itu, semua jalur utilitas harus sudah siap, begitu pula condenser dan pendingin.

Pemanasan dilakukan secara manual, serta waktu pemanasan bisa dicatat.

Cek fungsional Temperature Transmitter (TT), dan Temperature switch peralatan commissioning

Jangan lupa untuk memvalidasi temperature transmitter, temperature switch, dan bila perlu semua interlock yang berkaitan. Pastikan bahwa suhu terbaca dengan di thermocouple sudah sesuai.

Jangan lupa untuk mengamati pola heating yang dibentuk oleh alat.

Test program SCADA dengan manual mode, automatic mode, dan test interlock dalam commissioning

Semua program scada yang dibuat wajib dicoba baik secara manual mode, automatic mode, dan pastinya semua interlock yang disiapkan, juga ikut dicoba.

Pastikan untuk melakukan “dummy test” dan bila perlu “real test” sebanyak 2x, karena bisa jadi saat test pertama, terdapat kekeliruan atau potensi yang belum diketahui.


Itu tadi adalah Semua yang harus teman-teman tahu tentang Commissioning Part 1.

Selanjutnya, bagaimana agar pabrik yang sudah berfungsi 100%, bisa siap Produksi dengan standar-standar proses yang sudah disiapkan. Tentu saja, selain melibatkan pengalaman, juga melibatkan jam terbang dan pengetahuan yang sangat banyak.

Stay tuned…