Tulisan dan Manajemen Keuangan

Berniat nabung, malah uangnya gak ketampung. Berniat hemat, malah melarat. Ingin kaya, tapi kesulitan mengatur biaya.

Siapa di sini yang relate hayo?

Enggak apa-apa, jika kamu menyadarinya sekarang artinya belum terlambat menyadari hal ini. Maka yuk kita belajar manajemen keuangan dengan cara membuat tulisan. Lho, memang apa sih manfaatnya?

Memiliki Tujuan Keuangan yang Jelas

Memiliki tujuan keuangan berarti memiliki masa depan yang kamu inginkan. Apakah kamu mau hidup sederhana, mewah, atau berkecukupan? Kamu bisa memilih dan menetapkan tujuan keuangan kamu apa saja. Untuk menikah? Beli rumah? Beli Mobil?

Kamu dapat menuliskannya seperti ini:

“Saya akan membeli rumah seharga 1 Milyar dalam 5 tahun ke depan. Uang yang terkumpul saat ini sebesar … “

Kamu bisa mencatat berapa poin secara terpisah. Ditambah lagi, kamu bisa menuliskannya di sticky notes fisik, sticky notes PC, dan notes catatan kamu. Kamu bisa melaporkan berapa nominal yang terkumpul dan apakah sudah mencapai Goal/ Tujuan keuangan atau belum.

Dengan begitu kamu dapat membuat self-reminder buat diri kamu sendiri. Tidak hanya mengingatkan kamu bahwa kamu punya tujuan keuangan, tetapi kamu juga dapat memantau progressmu secara berkala. Ini juga menjadi motivasi agar kamu dapat lebih disiplin mengelola uang.

Lebih Konsisten

Knowledge is power, consistency is the key.

Kamu akan lebih konsisten dalam mengelola keuangan kamu. Bukan hanya sekali-dua kali. Tapi kamu akan membiasakan mencatat hal-hal yang kamu lakukan dalam jurnal keuangan kamu. Kamu juga bisa menuliskan kendala dalam menyimpan uang / nabung, investasi, maupun mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.

Misalkan aku mencatat berapa banyak pengeluaranku berupa makanan, kelas online, maupun biaya buku. Aku akan mengetahui apakah aku sudah efektif mengelola uang atau belum dari sana. Dengan begitu aku akan lebih menghargai uang karena aku memantau pengeluaranku.

Selain itu, aku juga bisa mencatat siapa saja orang yang kupinjami uang atau kuhutangi (yang seharusnya tidak boleh ada). Aku harus disiplin untuk meminta orang yang meminjam mengembalikan ataupun tidak membuat hutang sama sekali, meskipun itu dengan teman yang sudah dekat dan terbiasa.

Cara pencatatan nya misal seperti ini:

“Total Hutang : … “

Total Piutang: …

Pengeluaran Harian: …”

Banyak format yang bisa kamu lakukan. Kamu bisa menuliskannya di diary/jurnal, di aplikasi pencatatan keuangan, atau di notes online/digital kamu sendiri.

Lebih Membuatmu Sadar Diri Sendiri

Banyak aplikasi pencatatan keuangan modern berbasis aplikasi Smartphone Android saat ini. Tetapi aku pribadi masih menyukai jalan jurnaling sebagai media perantara pencatatan keuangan, sebelum aku memindahkannya. Kenapa?

Sadar atau tidak, pencatatan keuangan tanpa adanya evaluasi sama saja. Kamu bisa mencatat pengeluaran kamu tetapi kamu belum tentu mengingatnya. Bisa jadi kamu tidak sadar melakukannya.

Sudahkah kamu melakukan investasi untuk dirimu sendiri? Minimal leher ke atas alias kepala. Apakah kamu sudah menyadari bahwa seluruh tubuhmu adalah anugerah dari Allah?

Aku sendiri terkadang menulis sambil mengamati, pengeluaran terbesarku untuk apa. Terkadang aku boros di gadget, terkadang aku boros di self-dev dengan buku-buku dan kelas online, dan terkadang aku boros di makanan. Sebenarnya tidak masalah mau boros di aspek manapun. Asalkan kita bertanggungjawab dengan apa yang kita keluarkan.

Karena mencari uang adalah hal yang susah, maka kamu harus bisa bertanggungjawab dalam setiap rupiah yang kamu keluarkan. Apakah kamu sudah menghargai makanan yang kamu beli, tanpa membuangnya? Apakah kamu sudah membaca semua buku yang kamu beli, mengikuti semua kelas online tanpa diskip-skip? Apakah kamu memakai gadget yang kamu punya atau sekedar gengsi semata?

Kamulah yang bisa menentukan, sebenarnya apa yang kamu butuhkan dalam hidupmu. Dengan demikian, kamu tidak akan sia-sia dalam mengeluarkan uang. Maka jalan yang dapat dilakukan adalah menulis. Bagaimana bisa?

Aku menggabungkan teknik journaling ini dengan manajemen keuangan. Caranya sederhana saja. Misalkan seperti ini:

Bulan ini, pengeluaran terbesar saya adalah di self development. Saya mengeluarkan uang sebesar Rp 2.000.000,- untuk kelas-kelas online yang saya ikuti karena saya ingin belajar banyak hal seperti Digital Marketing dan Content Writing Padahal saya belum mengikuti kelasnya sama sekali. Yang sebenarnya saya perlukan adalah kelas Copywriting seharga Rp 300.000,-. Saya berjanji untuk mengalokasikan dana lebih bijak dalam self-development, dengan mengambil kelas yang pasti bisa saya selesaikan.

Tidak ada lagi yang bisa menyadarkanmu selain dirimu sendiri.


Nah, itu tadi adalah manfaat manajemen keuangan lewat tulisan sekaligus cara menerapkannya. Dengan begitu, kamu akan lebih bijak mengelola uang, sekaligus mempelajari pola-pola kamu dalam menggunakan uang.

Buat kamu yang masih berusaha mengelola uang, aku ucapkan selamat berjuang dan berusaha yah :). Aku akan mengakhiri tulisan ini dengan sebuah quotes

Impian itu tidak lahir dalam satu-atau-dua malam. Impian lahir dari kerja keras, konsistensi, kesadaran, dan komitmen yang dibangun selama berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun.

Selamat berproses! 🙂

#30DWC #30DWCJilid39 #Day6

My Journey of Healing Through Consistent Writing

Melewati pengalaman penuh luka dan duka di mana kamu melihat dirimu disakiti,

Bukan hanya satu dua kali, namun berulang kali.

Rasanya… menyakitkan bukan?

Buat kamu yang sedang berjuang, melewati pengalaman itu, aku akan memberikanmu beberapa cerita mengenai pengalaman tulisan yang menyembuhkan…


Aku mengingat kembali suatu masa, ketika aku berada di sekitar orang-orang yang toxic. Saat itu, pekerjaanku sedang keras-kerasnya. Aku kelelahan, siang dan malam. Hubunganku dengan pasangan juga sedang renggang kala itu, sebelum perpisahan terjadi. Keluargaku juga sedang jauh, jauh di sana, di tanah halaman.

Aku sempat melarikan diri dengan mengambil banyak kesibukan. Pelayanan di Gereja, makan yang banyak, game, hobby di YouTube, bisnis, dan yang lainnya. Tapi itu semua hampa ketika aku tidak melakukan kesibukan apa-apa.

Rasanya aku ingin menghilang saja dari dunia ini.

Menghilang. Benar-benar menghilang dengan cara apapun. Tapi aku tidak sekali-kali memikirkan cara untuk menyakiti diri ataupun bunuh diri. Aku ingin menghilang saja.

Hingga aku duduk di kamar yang tenang, tanpa cahya selain lampu tidur.

Duduk di atas kursi di depan meja kayu. Hanya ada aku, bayanganku, dan laptop yang memutarkan music piano.

Kuambil buku tulis kosong yang belum pernah aku tuliskan. Aku membuka halaman kosong dan mulai menuliskan banyak hal di sana.

“Eh kamu, apa kabar mar?”

Aku mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan luwes.

             “Sehat. Kamu gimana kabarnya?”

             “Kurasa engga juga. Aku merasa ga begitu baik nih ☹”

            “Lho kamu kenapa?”

Saat itu aku bercerita kepada diriku sendiri. Aku menceritakan banyak hal, mulai dari rasa sepi yang aku alami, orangtua yang jauh di sana, kekasih yang hilang, dan segala rentetan peristiwa di pekerjaan yang membuatku menderita.

Saat aku mulai menceritakan soal kekasih yang hilang, ujung penaku bergetar dan aku berhenti sesaat.

Aku menulis tiada henti. Tangisku pecah dan aku terisak-isak.

Rupanya aku sedang tidak baik-baik saja. Aku mencoba untuk menghindari masalahku yang sesungguhnya dengan cara menyibukkan diri. Aku selama ini merasa sang kekasih yang salah dalam hubungan tersebut. Tetapi, saat itu juga aku menyadari banyak kesalahanku yang aku perbuat.

Tangisku terhenti ketika aku memutuskan untuk memaafkan diriku dan apa yang sudah terjadi.

Dan aku merasa lebih baik. Setidaknya untuk hari itu.

Kadangkala luka tersebut muncul, dengan banyak peristiwa serupa yang menjadi trigger/ pemicu dari luka itu. Dan aku harus berhadapan dengannya.

Aku, hingga saat ini masih sering teringat cara beberapa orang memperlakukanku secara tidak layak. Orang-orang kantor lamaku, teman lamaku, ayah sendiri bahkan. Terkadang luka itu muncul dalam bentuk kemarahan.

Aku ingat, aku pernah membanting pintu dan barang-barang karena teringat salah satu rekan kerja yang menyebalkan. Aku juga sempat membanting sepatuku hanya karena ingat pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu.

Memang tidak mudah untuk menyembuhkan diri sendiri, karena seperti pernah kuceritakan sebelumnya, banyak orang yang tidak mengetahui luka mereka di mana.

Luka muncul, mereda, timbul, merekah, mereda Kembali. Itu siklus yang tidak bisa dihilangkan secara instan. Bagaikan pusaran air, kita dapat memperkecil ukuran pusaran, sehingga hidup kita tidak berhenti di tempat.

Tetapi aku berusaha hidup berdampingan dengan luka itu, sehingga aku merasa nyaman dengan diriku sendiri. Saat aku merasa sedih karena teringat kejadian tidak mengenakkan, aku menuliskannya di selembar kertas atau media digital. Aku mencoba mengingat permasalahan itu di masa lalu dan menuliskan setiap detilnya.

Dalam upaya untuk meredam respon kemarahan ataupun tangisan, aku biasanya menulis. Sekecil apapun kesempatan. Seperti akan menunggu antrean atau menunggu teman datang.


Kamu juga bisa membudayakan untuk tetap menulis. Tulisan pendek atau panjang, kamu tetap bisa melakukannya, lho 😊.

Jangan ragu buat cerita sama dirimu sendiri. Karena kamu adalah sahabat terbaik bagi diri kamu sendiri.

Sudah cerita apa ke diri kamu hari ini? Kalau belum, yuk jangan sungkan-sungkan lagi sama diri sendiri 😊

#30DWC #30DWCJilid39 #Day5

7 Cara Mengenal Diri Lewat Tulisan Pribadi untuk Dunia Kerja

“Kamu mau makan apa, nasi goreng atau bakso?”

“Kamu mau hidup yang bagaimana, sederhana atau serba ada?”

“Kamu mau jadi apa, jadi insinyur atau jadi guru?”


Kemampuan untuk mengenali kebutuhan diri, adalah bagian dari mengenal diri sendiri. Seberapa kenal kamu dengan dirimu ditentukan dari kemampuan kamu untuk bisa mengeksplorasi diri kamu. Hal ini adalah kemampuan intrapersonal.

Kemampuan untuk mengenali kebutuhan diri, adalah bagian dari mengenal diri sendiri. Seberapa kenal kamu dengan dirimu ditentukan dari kemampuan kamu untuk bisa mengeksplorasi diri kamu. Hal ini adalah kemampuan intrapersonal.

Mengenal diri sendiri itu perlu. Mengapa? Karena dengan mengenal diri sendiri kamu akan menjadi nyaman dengan diri sendiri. Bukan hanya itu…

“Kamu akan menjadi sahabat terbaik bagi dirimu sendiri”

Hal kecil berdampak besar. Karena dengan ini, kamu akan memiliki diirmu secara utuh. Kamu tidak akan merasa sendiri dan kamu tidak akan terkalahkan.

Aku jadi teringat suatu peristiwa. Enam bulan lalu dari sekarang, aku sempat meragukan profesi yang saya jalani. Engineer. Aku lelah hati, pikiran, dan jiwa saat itu.

Aku takut, kalau-kalau aku tidak tahu ke mana aku harus melangkah nantinya aku tidak akan menjadi apa-apa.

Dalam video pembelajaran di Terampil yang aku dengarkan dari Agustina Samara (Chief of People and Corporate Strategy of DANA), mengenal diri sendiri adalah bagian dari pengembangan diri (Personal Development). Kita hanya akan menjadi alat pemenuhan mimpi-mimpi orang lain, jika kita gagal dalam melakukan personal development.

Sebaliknya, dengan mengenal diri kita, kita bisa lebih terarah. Nantinya kita dapat mengarahkan diri dan cita-cita kita, sehingga saat kita meredup dan hilang dari dunia ini kita sudah mengetahui apa yang kita inginkan sebenarnya.

Bisakah kamu mengenal diri melalui tulisan pribadimu? Sangat bisa! Kamu dapat mengenal diri dengan melakukan beberapa tips berikut.

Menanyakan Perasaan Diri Hari Ini

“Hai kamu, apa kabar?” Begitu caraku menanyakan kabar ke orang lain. Ternyata cara tersebut itu cocok dilakukan di diri sendiri.

Cobalah untuk melakukannya dengan duduk di atas meja yang nyaman, lalu mulai menuliskan kalimat pembuka tersebut. Tuliskan setiap perasaan yang muncul dalam dirimu di hari itu.

Pasalnya banyak orang yang kehilangan diri mereka tanpa mereka sadar, mereka terus melakukan pekerjaan yang menyiksa atau penuh keterpaksaan.

Mereka yang kehilangan diri akan berputar-putar, berjalan di tempat yang sama. Mereka akan hidup dalam putaran roda yang tidak pernah berhenti.

Sesimpel kamu menanyakan ke diri kamu sendiri, apakah kamu merasa dirimu baik-baik saja? Cara ini ampuh dilakukan untuk mengetahui apakah kita nyaman untuk berada di suatu tempat,dan melakukan pekerjaan tertentu.

Dengan begitu kamu tahu, di mana kamu harus berada dan bagaimana kamu harus memposisikan diri sendiri di tempat kerjamu.

Membuat Evaluasi Tugas-tugas

Sudahkah kamu menuliskan seberapa baik pekerjaan kamu? Apakah semuanya selesai?

Hal ini membuat kamu mengetahui, seberapa produktifnya kamu. Caranya?

Dengan membuat daftar tugas yang sudah ada dan mengevaluasinya. Misalkan

  • Membuat rancangan kerja seminggu ke depan — Masih tahapan pembuatan
  • Membuat progress report ke atasan — belum
  • Mengerjakan proyek commissioning dan start-up — lagi dipikirin
  • Membuat standar operasional prosedur — lagi dikerjain
  • Dst.

Kamu bisa menuliskannya di manapun. Di sticky notes di depan meja kerjamu, misalkan. Atau di sticky notes Laptop kamu. Atau di Google Calendar /  Google Task / Google Keep.

Kamu dapat mengetahui seberapa kamu hidup dalam hari-harimu dengan tugas-tugasmu. Apakah semuanya selesai tepat waktu? Atau terbengkalai.

Mengevaluasi tugas-tugas berarti mengevaluasi kesungguhan hati kita sehingga kita terhindar dari prokrastinasi. Kenapa prokrastinasi berbahaya?

Karena menjelang deadline, kamu tidak dapat berpikir secara jernih sehingga kamu akan bekerja dalam situasi tekanan dan hasil kerjamu tidak maksimal.

Dengan terhubung dalam tugas-tugasmu saat ini, kamu akan mengetahui apakah kamu sudah bisa menjalankan dengan baik atau belum.

Apabila kamu sering melakukan prokrastinasi, artinya ada sesuatu yang salah dalam dirimu. Apakah sebenarnya kamu membenci pekerjaan ini?

Membuat perencanaan matang bagi persiapan karir

Merasa hidup adalah rutinitas dan kamu stuck dalam diri kamu? Merasa kehilangan arah dan mulai tidak mengetahi kamu mau jadi apa?

Kamu perlu merapikan simpul-simpul kusut dalam hidupmu. Tentunya dengan membuat perencanaan matang bagi persiapan karir. Dengan begitu, kamu mengetahui kamu ingin jadi apa sih sebenarnya.

Kamu bisa membuat coretan ini di Google Keep, buku harian, atau di media lainnya:

Pekerjaan yang Kamu Inginkan

Cara ini yang aku lakukan saat aku mulai galau dengan pilihan-pilihan hidup di depan sana. Aku menanyakan, sebenarnya pekerjaan impianku apa ya?

Nah, dengan mengetahui cita-cita impian kamu, kamu dapat mulai mengambil kelas yang ada hubungannya dengan cita-citamu. Kamu bisa mengambilnya di berbagai platform offline dan online. Banyak kelas-kelas untuk mengupgrade diri di Udemy, Coursera, SkillAcademy, dan Terampil misalkan.

Kamu dapat menyiapkan lamaran pekerjaan, memperbaiki CV dan LinkedIn, serta Latihan interview.

Mengarahkan diri untuk membuat tugas-tugas atau rencana

Membagi diri untuk menyiapkan rencana karir ke depan harus dibarengi dengan kesungguhan bekerja di tempatmu yang sekarang. Kamu bisa menuliskan rencana kapan harus belajar interview, misalkan sepulang bekerja. Tulis daftar rencanamu di HP:

  • Selasa 18 Oktober, 19.00 — Latihan interview
  • 20.00 — belajar bikin CV yang menarik
  • 21.00 — istirahat

Kamu bisa memisahkan waktu bekerja dengan waktu mempersiapkan pendaftaran pekerjaan baru. Yang penting saat bekerja kamu tidak terkesan ogah-ogahan.

Jika kamu masih terlihat malas-malasan di tempat kerja, kenali lagi dirimu sesungguhnya apa motivasimu dalam bekerja? Apakah kamu harus memiliki teman diskusi, ataukah kamu harus punya banyak waktu santai, atau kenyamanan seperti kopi pagi dan snack di siang hari? Tulislah itu semua dalam format ini:

  • “Aku nyaman bekerja kalau ada …”
  • “Biasanya aku bekerja keras di pagi/siang/sore/malam”
  • “Semangatku pergi ke kantor meningkat karena …”

Atur dirimu sebaik-baiknya sebelum pekerjaan mengatur dirimu. Bagaimana kamu menyesuaikan ritme kerja dengan ritme perusahaan tempatmu bekerja.

Bila perlu, diskusikan dengan mentor atau atasan kamu. Kamu tetap bisa kok nyaman bekerja sambil mempersiapkan perencanaan karir ke depan. Dengan begitu, kamu tidak akan takut pergi ke kantor, dan kamu akan senantiasa siap.

Dalam training yang aku ikuti yaitu Dale Carnegie Training, hal inidisebut antusiasme. Antusiasme mengalahkan segala kesulitan. Antusiasme dapat membuat kita bertahan dalam kondisi di bawah tekanan. Antusiasme tidak muncul dari luar, tapi itu adalah dorongan diri kamu sendiri.

Apa sih yang bikin kamu ngerasa antusias? Mulailah menulis dan memikirkan hal-hal tersebut.

Follow up progress rencana

Sudah membuat CV? Sudah memperbaiki LinkedIn dan sudah membuat perencanaan? Saatnya memfollow up.

Tugas mana yang belum selesai atau harus menunggu kepastian pihak lain. Rekruter misalkan. Lakukan follow up secara berkala, untuk melihat progress kamu apakah lancar atau tidak.

Apabila mereka belum memanggilmu, itu artinya kamu masih harus memperbaiki banyak hal dalam dirimu. Entah itu pengalaman kerja, entah itu skill, ataupun daya tarik dalam CV mu.

Jangan ragu untuk memaksimalkan kesempatan di tempat kerjamu, ataupun mengambil kursus lain agar skill kamu meningkat. Bila perlu, ambil proyek yang sedang berjalan atau belum dipegang.

Kamu dapat menulis setiap progressmu. Misal seperti ini

  • Buat CV jadi keren — 50%
  • Kursus data science — 30%
  • Proses mendaftar pekerjaan di PT X — 20%
  • Kursus Bahasa inggris — 10%
  • Konsultasi ke atasan dan mencari ide proyek– 100%

Menghargai setiap proses, apapun perkembangannya

Kamu bisa banget kok tetap Bahagia dalam progress yang kecil. Kuncinya kamu harus menghargai progress apapun yang dirimu buat.

Dengan begitu kamu tidak akan toxic dengan dirimu sendiri. Kamu tahu apakah tugas ini sudah berprogress.

Apabila ada kesulitan, tuliskan setiap kendala progress itu dalam selembar kertas / catatan digital. Belajar melakukan self assessment karena hanya kamulah yang bisa mengamati setiap kesulitan atau kemudahan kamu berproses.

Menentukan visi dan misi hidupmu

Sesudah kamu melakukan semua itu, kamu dapat mengetahui benang merah dalam hidupmu. Apa yang kamu sukai, apa yang kamu inginkan, apa yang menjadi motivasimu dalam bekerja, apa kendala progresmu.

Dengan memiliki catatan yang jelas, kamu dapat membacanya sewaktu-waktu, sehingga kamu bisa mengarahkan diri menuju tujuan hidup yang lebih tinggi.

Kamu bisa mulai merancang visi dan misi hidup. Visi adalah gambaran kamu dalam 1, 3, 5 bahkan 10 tahun mendatang, kamu akan menjadi apa. Sementara misi adalah cara-cara untuk mencapainya.

Misal, visi hidupku adalah seperti ini:

“menjadi cendekiawan beriman yang memberi terang banyak orang dengan ilmu pengetahuan”

Maka, misiku harus berhubungan dengan cendekiawan, keimanan /ketaqwaan, dan manfaat yang besar.

Maka misiku adalah:

  1. Beribadah secara teratur dan mendalami agama
  2. Aktif dalam mengembangkan diri dengan mengikuti kursus-kursus minimal sebulan sekali
  3. Selalu membaca buku-buku baru setiap minggunya
  4. Selalu update dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan
  5. Rajin memberikan posting / share di blog dan social media tentang sesuatu yang bermanfaat

Dengan demikian, aku bisa mengarahkan diri dalam setiap tugas-tugasku. Maka aku dapat mengenali tugas-tugas yang penting dan tidak. Yang mendesak dan tidak.

Kamu juga bisa melakukannya sendiri, dan kamu dapat membuat perencanaan yang matang dari tugas-tugasmu. Namun sebelum mencapai tahap ini, kamu sudah harus memahami cara 1-6 untuk membuat hidupmu lebih tertata.


Dengan mengenal diri, kamu mencintai kehidupan. Dengan begitu kamu siap untuk menatap masa depan.

Yuk kita sama-sama mengenal diri sendiri yang sangat penting untuk pengembangan diri kita 😊

#30DWC #30DWCJilid39 #Day4

Hidup untuk Menulis atau Menulis untuk Hidup?

“Kamu hidup untuk menulis?
Atau menulis untuk hidup?”

Oh ya aku lupa. Mungkin kamu yang ada di sini bukan hanya penulis, bisa jadi punya profesi atau memiliki minat lain. Izin kuganti pertanyaannya.

Kamu makan, untuk hidup?
Atau hidup, untuk makan?

Lho apa bedanya?

Awalnya ketika aku masih kecil, ayahku memberitahuku perbedaan dua ungkapan tersebut dengan satu kalimat. Katanya, “Agar kamu tahu bedanya, kamu harus tahu tujuanmu dulu.”

Benar juga, hal apapun yang dilakukan dengan sadar pasti punya tujuan tertentu.

Lantas jawabanku seperti ini, “Tentu saja makan untuk hidup dong yah, kan aku hidup gak cuma makan. Aku hidup buat sekolah, buat main sama teman, buat mencintai orang yang aku cintai.”

“Nah itu tahu,” jawab ayahku dengan senyum tersungging.

Kembali ke pertanyaan awal, aku bertanya kepada diriku sendiri.

“Kamu hidup untuk menulis, atau menulis untuk hidup?”

Rupanya, tujuanku sama-sama untuk hidup. Aku sadar, dalam kehidupan ini aku tetap harus hidup, apapun kondisinya.

Walaupun badai menghadang di depan sana, aku harus tetap hidup. Walaupun dunia memandang hina, aku harus tetap hidup.

Telah bulat jawabannya bahwa aku menulis, untuk hidup. Tetapi ironisnya tulisan saja belum bisa menghidupiku, setidaknya untuk saat ini.

Aku sadari, bahwa kapabilitasku sebagai penulis masih sangat jauh bila dibandingkan dengan rekan-rekanku yang sudah menjadi SEO Specialist, Penulis novel, jurnalis, atau pekerjaan lain yang pekerjaan utamanya adalah menghasilkan tulisan.

Tetapi hidup bukan hanya untuk membanding-bandingkan bukan? Bila tolok ukur hidup kita adalah profesi atau jabatan, maka kita yang belum punya jabatan atau profesi yang agung sudah pasti mengubur diri hidup-hidup.

Lantas aku mencari tahu, kira-kira apa sih yang membuatku tetap hidup dengan menulis? Karena aku tidak akan mengubah jawabanku. Sekali lagi, aku menulis untuk hidup.

Inilah jawaban dari permenunganku setiap harinya…

Tulisan dapat menjadi kado yang tak ternilai

Pernah bikin surat?

Bukan surat elektronik alias e-mail 😊. Surat fisik yang kamu berikan. Entah untuk pacar, untuk mama-papa, atau untuk sahabat.

Ketahuilah, kamu bisa memberikan benda antik satu ini ke orang yang tepat dan orang itu akan menyimpannya. Apalagi jika kamu memiliki kedekatan emosional dengan orang itu. Bukan cuma itu, tulisan dari kamu adalah kado yang tidak bisa dibeli di toko manapun.

Hebat bukan? Tulisan kamu tidak ternilai karena sangat asli dan itu adalah cerminan dirimu. Selain itu, tulisan merepresentasikan isi hati, sehingga hatimu akan tergambar jelas lewat tulisanmu.

Tulisan Adalah Elemen Profesi

Pernah bikin report / laporan ke atasan?

Bikin notulensi rapat?

Bikin Standar Operasional Prosedur?

Siapa bilang kemampuan penulis gak akan kepake di pekerjaan? Nyatanya dari dulu sampai sekarang, produk-produk tulisan fisik atau digital masih dibutuhkan di pekerjaan manapun. Bukan sekadar omongan belaka, tulisanmu juga menjadi ciri dan cerminan dari keseriusan pekerjaanmu.

Bagi kamu yang menjadi penulis, kamu bisa banget kok menuangkan kreativitasmu dalam menulis laporan bulanan, notulensi rapat, Standar Operasional Prosedur. Kamu bisa menambahkan nilai dirimu dari setiap karya dalam pekerjaanmu.

Dengan begitu, kamu tidak hanya bekerja, namun juga berkarir.

Kamu tidak hanya menjalankan rutinitas belaka, namun kamu juga ikut berkarya.

Tulisan membantumu menyembuhkan

Aku tahu, mungkin topik ini sangat-sangat menyentuh hati. Maka biarkan emosimu tertumpah dalam tulisan ini.

Bagiku, tulisan juga membantumu menyembuhkan. Tak dapat dibayangkan kamu melewati malam-malam kosong dan hari-hari sepi. Tulisan bisa menemanimu. Karena dia tak akan pernah menghakimimu.

Tulisan dapat menjadi cerminan diri sendiri, dapat membuat kita lebih berkaca dalam melihat luka-luka di masa lalu. Terutama luka-luka yang tidak terlihat.

Dalam setiap pengalaman tidak mengenakkan, kamu tetap bisa jujur kepada dirimu sendiri dalam setiap perasaan, pikiran, dan perbuatanmu. Kamu dapat menuliskan itu semua dalam buku harianmu.

Luka memang ada, tetapi keberanian harus selalu ada.

Keberanian untuk pulih, bangkit, dan tentunya menghargai kehidupan ini.


Berangkat dari hal-hal tersebut, aku menyadari sesuatu.

Saat ini, tulisanku memang belum bisa memberi dampak finansial bagiku dan bagi diriku. Tetapi setidaknya, tulisanku sudah memberi warna untuk kehidupan orang-orang di sekitarku.

Bukan berarti bila aku tidak mendapat uang dari menulis, aku tidak hidup.

Justru karena aku bisa mendapatkan kepuasan batin setelah menulis, aku hidup. Hari ini dan seterusnya.

Kamu gimana, apa alasan kamu menulis untuk hidup di hari ini dan seterusnya?

#30DWC #30DWCJilid39 #Day3

Atasi Pikiran Semrawut dengan Google Keep!

Isi kepala kamu lagi berantakan?

Mau nulis malah keinget kerjaan?

Ingin menulis Novel A malah keluar ide buat Novel B?

Mungkin kamu harus kenal Google Keep, yang akan membantu kamu menata isi pikiran kamu.

Mengenal Google Keep

Google Keep adalah alat penyimpan catatan digital berupa teks, suara, gambar, dan daftar secara online di website maupun di aplikasi Android.

Kamu tetap bisa menulis dari mana saja, termasuk dari HP kamu dan juga dari komputer kamu. Bukan cuma itu, kamu tetap bisa menulis dalam kondisi offline di HP kamu. Nantinya secara otomatis Google Keep akan mensinkronisasi isi catatan kamu bila sudah ada internet.

Manfaat Google Keep

Dengan menggunakan Google Keep, kamu tetap bisa memilah-milah isi tulisanmu, penting dan tidak penting dengan fitur Pin.

Kamu juga bisa mengelompokkan tulisanmu dengan fitur Label. Dengan ini kamu bisa mengorganisir catatan kamu agar tetap rapi.

Apabila kamu adalah pengarang novel dengan banyak genre, kamu bisa banget kok untuk membagi-bagi ruang Google Keep kamu dengan banyak Judul Novel atau Bab Novel ciptaanmu. Jadi satu label khusus untuk satu judul Novel, atau bahkan satu judul Bab.

Kamu juga bisa membuat pengingat catatan kamu sehingga kamu bisa mengeset jadwal / meluangkan waktu untuk tetap menulis dengan fitur Pengingat.

Bukan hanya itu, kamu bisa membuat urutan prioritas atau daftar kegiatan dengan menggunakan fitur Kotak Centang. Banyak bukan manfaatnya?

Nah, sekarang aku akan mengenalkan kamu manfaat-manfaat tadi dan cara penerapannya di Google Keep. Yuk simak sama-sama.

1. Pisahkan hal yang penting dan tidak penting

Memisahkan hal yang penting dan yang tidak penting dapat menguras waktu, sehingga isi pikiran kamu akan sulit ditata apabila tidak menggunakan jalan menulis.

Untung ada Google Keep, kamu tetap bisa membedakan hal yang penting dan yang tidak penting. Bagaimana caranya?

Semudah kamu menekan tombol paku/pin di pojok kanan atas catatan kamu. Simpel bukan?

Catatan catatan penting nantinya akan bergerak ke atas. Dan kamu dapat melihat catatan tersebut tanpa takut tenggelam dalam lautan catatan.

Apabila kamu memiliki catatan yang harus dibuang, tapi takut kalau suatu hari diperlukan. Kamu bisa mengelompokkannya dalam satu label, atau mengarsipkannya. Dengan cara ini:

Nanti catatan kamu akan berpindah ke bagian Arsipkan. Mudah kan?

Catatan ini misalkan, catatan dialog suatu adegan, atau ungkapan hati karakter, atau ide-ide pikiran yang mungkin terkesan konyol/aneh. Suatu hari kamu membacanya, bisa jadi perasaanmu berbeda.

2. Buat urutan prioritas dan Pengingat

Kamu bisa membuat pengingat catatan atau pengingat tugas dengan fitur “Pengingat”

Simpel aja, masuk ke bilah kiri dan pilih Pengingat. Kemudian tulis Judul dan isi catatan kamu.

Lalu atur Jam dan tanggal pengingat, serta periode pengulangan. Bukan Cuma itu, kamu bisa memasukkan daftar kegiatan dengan cara ini.

Tampilkan kotak centang, dan untuk selanjutnya kamu bisa  memasukkan tugas kamu seperti ini.

Kalau sudah kamu bisa menutup catatan kamu. Simpel bukan?

3. Organisir Buah Pikiran Dengan Google Keep

Kamu bisa mengelompokkan isi kepala kamu dengan fitur Label.

Pilih edit label di sebelah kiri.

Lalu kamu bisa edit label yang sudah ada atau membuat label baru.

Tips        : Gunakan Nomor angka atau nomor daftar di depan agar kamu tidak kesulitan untuk membuat nama bab, atau memisahkan antara dunia menulis kamu dengan dunia nyata (kehidupan) kamu.

Misalkan, aku mengelompokkan isi wattpad dengan nomor berikut 6:

Maka aku bisa menulis isi wattpadku dengan nomor 6a, 6b, 6c, dst.

Hal ini sama juga untuk aspek kehidupan yang lain. Kamu tetap bisa membuat nomor di bawahnya.

Kemudian , kamu dapat menambahkan label di catatan kamu dengan cara membuat tagar. Misal aku akan memasukkan daftar kegiatan ke To Do List, maka aku tinggal menulis #todolist dan nantinya google keep akan menyarankanku untuk menambah label di To Do List

Kamu juga bisa menambahkan label dengan Memilih menu berikut:

Tinggal pilih deh kamu mau label apa saja…


Nah, itu tadi adalah cara-cara untuk merapikan isi pikiran kamu dengan Google Keep. Ternyata banyak fungsi google keep yang bisa kita terapkan untuk kehidupan.

Dengan membiasakan menata isi kepala dengan Google Keep, kamu jadi lebih terbiasa mengelola pikiran kamu, dan nantinya tulisan kamu akan lebih rapi dan terarah.

Selamat mencoba 😊

#30DWC #30DWCJilid39 #Day2

Menemukan Makna Kehidupan Melalui Tulisan

“Kematianku tak lebih dari seperti saat seorang penyair menuliskan tanda titik pada akhir kalimat sajaknya.”

Leila S. Chudori dalam Laut Bercerita

Aku mengangkat kutipan ini dari novel Laut Bercerita, novel favoritku. Bukan hanya pengarang, gaya penulisan, ataupun tokoh-tokohnya yang membuatku jatuh cinta. Aku juga jatuh cinta pada kutipan-kutipan yang antik, yang tersebar di seluruh halaman novel.

Membicarakan kehidupan, kamu dan aku sepakat bahwa ada kematian.

Jika hidup ini adalah kumpulan sajak, maka kematian adalah tanda titik dengan baris-baris kosong yang mengikutinya.

Jika kita hidup untuk berkarya, maka ketika kita mati, tidak ada lagi karya-karya kita.

Dengan berkarya, orang-orang di dunia ini akan mengenal nama kita, setidaknya untuk beberapa lama. Lain halnya sang legenda, yang namanya tetap hidup di sepanjang usia. Tetapi tanpa perlu menjadi sang legenda, kamu tetap istimewa.

Iya, kamu istimewa :). Itulah sebabnya kamu dilahirkan ke dunia, sebagai manusia.

Kita tidak dilahirkan ke dunia karena kita telah memiliki jasa atau berharga di mata orang tua. Justru kita menjadi berharga, karena kita dilahirkan ke dunia sebagai manusia.

Sebagai manusia, aku menghargai makna kehidupan secara utuh, lewat jalan menulis. Bagiku menulis adalah sarana pengembangan diri yang murah, bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, serta tahapannya dapat dimonitor secara berkala.

Aku akan membagikan pemikiranku, bagaimana aku menemukan dan menghargai makna kehidupan lewat tulisan. Yuk, kita diskusi sejenak lewat beberapa baris buah pikiranku.

Menulis Berarti Mengukir Sejarah

Kamu pasti punya tulisan. Baik itu puisi, prosa, kutipan, resensi buku, ataupun hanya sekadar curhat ceria di media sosial. Instagram, Facebook, atau Twitter mungkin.

Tulisan-tulisan ini adalah bukti sejarah hidupmu. Sadari bahwa dalam hidupmu ada sejumlah kisah. Baik itu kisah senang, sedih, kecewa, marah, atau takut. Dengan menyadari hidupmu yang telah mengalami banyak peristiwa, kamu juga ikut sadar bahwa kamulah sang pelaku sejarah.

Sejarah mana yang akan kamu bagikan? Itu adalah pilihanmu.

Apakah kamu akan terus-terusan membagikan semua tentang dirimu, dan mengalihkan fungsi media sosial menjadi buku harian digital yang dapat dibaca oleh banyak orang? Atau kamu mau membuat tulisan yang menginspirasi banyak orang?

Nah, selagi kamu memikirkannya, aku akan membagikan sedikit mengenai diriku.

Bagiku, menulis artinya mengukir sejarah. Ketika aku meninggalkan tulisanku di media apapun, orang menyadari bahwa aku hidup.

Ketika aku membagikan tulisanku, orang lain menyadari bahwa aku benar-benar ada di dunia.

Bukan hanya itu, ketika aku mellihat postinganku terdahulu, aku dapat melihat diriku dari waktu-ke-waktu. Aku bisa menerawang jauh ke bagian masa laluku, bisa melihat seberapa jauh perbedaanku dengan aku yang dulu.

Kamu sendiri bagaimana? Sebagai pelaku sejarah apakah kamu telah meninggalkan banyak kisah dalam media digital? Atau kamu sudah melihat perbedaanmu dengan kamu yang dulu?

Tulisan Memberi Dampak Bagi Banyak Orang

Saat aku menulis dan membagikan tulisanku, aku merasakan dampak bagi orang-orang di sekitarku.

Kita mulai dari dampak negatif dulu. Saat aku membagikan keluhan terhadap sesuatu, atau membagikan ujaran kebencian, maka orang-orang di sekitarku akan terpengaruh. Mereka menjadi ikut mengeluh, prihatin, atau bahkan marah.

Tetapi bila aku membagikan hal-hal yang menyemangati orang lain, motivasi hidup, atau lelucon ringan, orang-orang akan menjadi lebih positif. Mereka tidak hanya merasa bahwa aku adalah orang yang berkepribadian baik, namun juga bisa ikut termotivasi dengan apa yang aku bagikan.

Kamu sendiri bagaimana? Apakah media sosialmu sudah memberi dampak bagi orang lain? Apakah kamu hanya sekadar mengeluh dan membuat orang lain ikut-ikutan mengeluh? Atau kamu mau mengubah dunia menjadi lebih baik lewat tulisanmu?

Menulis Membantumu Menyembuhkan

Sadar atau tidak, kita hidup membawa luka-luka.

Entah itu di dalam pekerjaan, keluarga, atau hubungan asmara, kamu pasti pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.

Saat aku membaca salah satu akun Twitter, aku melihat pesan berikut:

Saat kita ingin menyembuhkan luka, pahami dulu bagian mana yang harus disembuhkan.

– N.N

Luka fisik, luka batin, prinsipnya hampir sama. Bila kita ingin menyembuhkan luka, kita harus tahu letak luka tersebut di mana. Dengan begitu kita mengetahui cara menyembuhkannya.

Beberapa orang tidak bisa menyembuhkan luka mereka karena mereka tidak tahu letak luka mereka di mana. Apa yang menyebabkan, dan pengalaman apa yang melahirkan luka mereka.

Hai kamu, yang mungkin sedang terluka atau pernah terluka. Yuk rehat sejenak. Sadari bahwa kita hanyalah manusia. Kita boleh merasa rapuh dan lemah.

Kamu bisa mengambil penamu dan mulai menulis di atas kertas. Atau kamu juga bisa memanfaatkan sarana digital seperti HP, komputer, laptop, untuk membantumu memeriksa isi hati.

Lewat tulisan, kamu bisa memeriksa apa yang salah dalam dirimu. Kamu bisa menanyakan ke dirimu mengapa kamu merasa sedih, mengapa kamu merasa kecewa atau marah.

Kamu tetap bisa, lho menjadi dirimu sendiri saat menulis. Karena saat kamu menulis, hanya ada kamu dan dirimu. Tidak ada yang akan menghakimi atau mengomentari kamu.

Teknik ini disebut Journaling. Aku sendiri sering melakukannya. Saat-saat journaling adalah saat-saat paling mengharukan. Mungkin kamu akan menangis juga, sama sepertiku.

Mengapa menulis untuk kesembuhan sangat penting?

Karena hidup ini hanya sekali. Untuk bisa bangkit dan keluar dari situasi terpuruk kita memerlukan suatu keberanian. Dengan begitu, kita bisa sembuh dari luka-luka dan kita bisa menghargai makna kehidupan sejati.


Nah, tiga hal di atasadalah caraku untuk menemukan makna kehidupan melalui tulisan. Kamu dapat menemukan juga hidumpu yang kaya makna dengan menjawab tiga pertanyaan ini:

  1. Dengan menulis dan mengunggah tulisan kamu ke media sosial, kamu menyadari dirimu sebagai elemen yang tak terpisahkan dari sejarah. Sejarah mana yang akan kamu ceritakan atau kamu tulis?
  2. Dengan menulis di media sosial kamu telah memberi dampak bagi orang yang membaca tulisanmu. Dampak seperti apa yang akan kamu bagikan?
  3. Dengan menulis di buku harian atau catatan kamu, kamu bisa memeriksa dirimu dan menemukan luka-luka yang tersamar. Apakah kamu berani bangkit untuk sembuh dari luka-luka itu dan menghargai kehidupan lebih dari sebelumnya?

Sebelum aku mengakhiri tulisanku, aku mau memberikan kutipan spesial untukmu:

Hidup ini singkat. Sayang bila kita tidak memanfaatkan hari ini untuk mengukir sejarah, untuk memberi dampak, dan untuk sembuh dari luka-luka masa lalu.

Damar Parthasiwi

Yuk, sama-sama kita belajar untuk menghargai makna kehidupan lewat tulisan 😊

#30DWC #30DWCJilid39 #Day1